Batik Trusmi, Riwayatmu Kini

By nova.id, Kamis, 4 Juni 2009 | 17:18 WIB
Batik Trusmi Riwayatmu Kini (nova.id)

Batik Trusmi Riwayatmu Kini (nova.id)
Batik Trusmi Riwayatmu Kini (nova.id)

"Beragam corak batik (Foto : Henry Ismono) "

Kemashuran batik Cirebon semakin terangkat ketika para desainer terkenal memakainya untuk dijadikan busana indah dan tentu saja mahal. Belakangan, ketika batik mulai disukai lagi, Desa Trusmi pun tak pernah sepi pembeli. Apalagi, sejumlah kantor membudayakan busana batik setiap Jumat sehingga batik Cirebon ikut naik pamor.

Motif batik Cirebon yang sangat khas semisal Megamendung, Singabarong, dan Panji Semirang, juga menjadi daya tarik tersendiri. Harganya, tergantung cara pembuatan dan bahan dasarnya. Untuk jenis printing, mulai Rp 17.500 - Rp 150 ribu. Batik cap antara Rp 30 ribu - Rp 1,5 juta. Yang paling mahal, jelas batik tulis karena pengerjaannya yang rumit dan makan waktu.

Salah satu ruang pajang yang besar dan ramai adalah Batik Nofa. Tak hanya di Trusmi, tapi juga di Jakarta dan Yogyakarta. Konon, usaha yang dikelola pasangan Hj. Eliya Rosa dan H. Surahman ini, termasuk pelopor. Nama Nofa diambil dari sapaan Nur Fauziah, putri sulung pasangan ini. "Memang, batik Nofa termasuk perintis di sini," ujar Yeti (31), penanggung jawab batik Nofa.

Dulu, cerita Yeti, usaha ini berawal dari satu lemari batik. Sekarang? "Mau pesan yang seperti apa pun, dilayani. Ada yang pesan batik tulis dengan kualitas istimewa. Satu bahan saja perlu waktu pengerjaan empat bulan. Malah ada yang setahun. Yang pesan, biasanya pejabat. Motifnya juga spesial, agar tidak sama dengan yang lain."

Selain melayani pembeli perorangan, pesanan instansi pun kerap diterima para pengusaha batik di Trusmi. Siti Sarah (35), dari Batik Sinar Gunung Jati, contohnya. "Sudah sejak lama kami kerja sama dengan PGRI."

Motif apa yang banyak diminati pembeli? "Dulu, masyarakat Cirebon malah sedikit yang memakai batik. Setelah Madame Ivan (Ivan Gunawan, Red.) pakai batik Megamendung, jadi banyak yang suka. Sampai sekarang masih dicari orang."HENRY ISMONO