Perseteruan kakak dan adik yang telah berlangsung relatif lama akhirnya berakhir dengan kematian sang kakak, Minggu (24/5) malam. Korban, Aris Hariyanto, 44, diduga dibunuh adik kandungnya, Sugeng Cahyono, 40, setelah Aris mengejek istri Sugeng.
Aris, yang masih membujang, ditemukan tewas dengan luka pada bagian kepala, Senin (25/5) pagi, di rumah orangtua mereka, di Jl Lebak Agung III Nnomor 20, Surabaya. Dia diduga dihabisi menggunakan kayu bekas kaki meja.
Informasi yang dikumpulkan Surya, Senin (25/5), jenazah Aris pertama kali ditemukan oleh Elok, 38, adik Aris dan Sugeng. Aris merupakan anak pertama dari empat saudara, sedangkan Sugeng anak ketiga dan Elok anak keempat.
Elok menemukan tubuh kakaknya pada Senin (25/5) sekitar pukul 06.30 WIB, saat tiba di rumah untuk mengantar anaknya yang sering dititipkan kepada Aris. Elok adalah guru yang mengajar di sebuah SMP tak jauh dari rumah peninggalan kakek mereka itu. Adapun Aris tinggal sendirian di rumah tersebut. "Saat itu Bu Elok mencari Pak Aris di sekeliling rumah, kemudian menemukan Aris di kamar paling belakang dengan kondisi mengenaskan," ujar Yulia, salah satu tetangga korban.
Elok kemudian meminta bantuan para tetangga. Setelah yakin Aris sudah tidak bernyawa, warga pun menghubungi polisi. Tak lama, anggota dari Polsekta Tambaksari dan Polresta Surabaya Timur mendatangi lokasi, kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Hasil pemeriksaan beberapa saksi diketahui, Minggu (24/5) malam sebelum Aris ditemukan tewas hanya Sugeng yang datang ke rumah itu. Polisi kemudian melacak keberadaan Sugeng, dan menemukan bapak dua anak tersebut di rumah keluarga istrinya, Wiwik, 35, di Jl Tambaksari Gg 1, Surabaya. Kanit Reskrim Polsekta Tambaksari, Aiptu Budianto, yang mendampingi Kapolsekta Tambaksari, AKP Wijanarko, mengungkapkan hasil pemeriksaan sementara tersangka. Menurutnya, motif pembunuhan itu adalah karena Sugeng sakit hati.
"Sebelumnya tersangka pernah cek-cok dengan kakaknya itu soal penjualan rumah yang mereka tempati. Adiknya ingin menjual, tapi kakaknya melarang," ungkap Aiptu Budianto. Rumah tersebut merupakan peninggalan kakek mereka. Karena orangtua mereka memilih tinggal di Buduran, Sidoarjo, maka rumah yang pernah menjadi rumah kos itu semula ditinggali keluarga Sugeng dan Aris.
Selama tinggal bersama, menurut beberapa tetangga, Aris sering cek-cok dengan Sugeng maupun istri Sugeng, Wiwik. "Pak Aris katanya sering mengolok-olok Bu Wiwik di depan Pak Sugeng. Akhirnya Bu Wiwik sering pulang ke rumahnya sendiri, di Tambaksari," ungkap Agung, tetangga Aris.
Mabuk Miras Sebelum Aris ditemukan tewas, Minggu malam Sugeng datang ke rumah itu bersama anak lelakinya yang berusia tujuh tahun. Sugeng datang sekitar pukul 20.00 WIB. Di teras rumah, Aris duduk dalam kondisi mabuk setelah menggelar pesta miras.
Melihat Sugeng masuk ke rumah, Aris menyusul. Di dalam, keduanya cek-cok. Sugeng merasa kesal dan sakit hati, kemudian mencari sesuatu, sedangkan Aris masuk ke kamar sambil mengomel. Saat menemukan kayu bekas kaki meja, Sugeng menggunakannya untuk memukul kepala kakaknya yang sedang bersandar di atas tempat tidur, sebanyak dua kali. Seusai memukul sang kakak, Sugeng keluar kamar, kemudian mencuci kayu yang berlumuran darah tersebut.
Saat akan mengembalikan kayu ke tempat semula, dan melewati pintu kamar, Sugeng mendengar rintihan Aris yang berusaha berdiri. Melihat hal itu, bukannya menolong, Sugeng malah kembali mengayunkan kayu sebanyak enam kali sehingga Aris tidak bergerak lagi.
"Setelah itu dia kembali mencuci kayu, dan sesudah bersih, diletakkan di depan kamar. Dia kemudian meninggalkan kakaknya, pulang ke rumah keluarga istrinya di Jl Tambaksari," ungkap Wijanarko, tetangga yang lain.
Saat diperiksa polisi Sugeng mengaku menyesal, dan mengatakan bahwa perbuatannya tidak direncanakan. "Dia itu hobinya hanya mabuk dan marah-marah. Saya benar-benar jengkel mendengar omelannya, termasuk mengolok-olok istri saya," kata Sugeng sebagaimana ditirukan polisi yang memeriksanya. rie/surya