Cerita Pinta Menaklukan Leukemia (3)

By nova.id, Senin, 4 Mei 2009 | 03:16 WIB
Cerita Pinta Menaklukan Leukemia 3 (nova.id)

Cerita Pinta Menaklukan Leukemia 3 (nova.id)
Cerita Pinta Menaklukan Leukemia 3 (nova.id)

"Setiap ingat Andrew, aku melihat lagi SMS-SMS dari Andrew yang hingga kini masih kusimpan. "

Perjamuan Terakhir Lama-lama Andrew lelah. 7 November 2008, kami memilih melakukan semua pengobatan di Indonesia saja. Sampai kemudian, 28 November 2008, Andrew kembali demam dan muntah tanpa henti. Kami bawa dia ke rumah sakit. Andrew terus berujar, ia menyayangi kami semua. Rupanya ia takut tak sempat mengucapkan hal itu bila saatnya tiba.Wajah anakku pucat sekali. Bagian putih di matanya, berubah menjadi kuning. Dia juga mengeluh seluruh tubuhnya terasa sakit. Melihat kondisinya yang makin buruk, 6 Desember 2008 kami mengadakan perjamuan terakhir buat Andrew. Usai perjamuan, tangan Andrew terus menggenggam erat tanganku. Erat sekali seakan tak mau melepaskan tanganku.Tak ada yang dapat kulakukan selain terus berdoa di samping Andrew. Menyanyikan doa yang biasa kami dendangkan setiap menjelang tidur di telinga Andrew. Akhirnya, pukul 21.30 WIB pada 7 Desember 2008, Andrew dipanggil Yang Kuasa.Sesuai dengan keinginannya yang tak ingin melihat aku bersedih, tak setetes pun air mataku jatuh ketika melepas Andrew. Aku bahkan mampu mengurus sendiri semua keperluan pemakaman Andrew. Aku tak mau menyusahkan orang. Mulai dari menjahit kebaya warna hitam, tanah makam, peti jenazah, baju untuk Andrew, bunga, dan lainnya.Kalau pun sekarang aku menangis, itu karena kangen. Bukan karena menangisi kepergiannya yang secepat ini karena aku yakin, Tuhan lebih sayang pada Andrew.Kebahagiaanku sekarang, membantu orangtua dan pasien kanker. Daripada terus-menerus menangis, bukankah lebih baik energinya kupakai untuk membantu orang lain dan mengurus keluarga? Masih ada suami dan dua anak lain yang perlu perhatianku. Kalau pun sedang sendiri, aku hanya mengingat kejadian yang senang-senang. Nostalgia boleh, tapi jangan lupa dengan realita. Bersyukur aku mempunyai keluarga dan sahabat yang sangat mendukung.Proses perjalanan ini harus dihargai. Meski pada akhirnya putraku berpulang, itu adalah kuasa Tuhan. Yang pasti, janganlah pernah berputus asa dan jangan menunjukkan kesedihan di depan penderita kanker. Berat, memang! Tapi itu harus tetap dilakukan.Satu lagi pelajaran berharga yang akan selalu kubagi, kanker harus cepat ditangan karena 70 persen kanker bisa disembuhkan. Dengan catatan, cepat ditangani dan ditangani dengan benar. Lewat YKAKI-lah kucoba untuk membagi pengalaman dan membantu mereka.