"Andaikata Lilik menuruti nasehat saudara-saudaranya untuk tidak ikut-ikutan jadi caleg, mungkin jalan hidupnya tidak akan seperti ini. Tapi dia nekat. Saran keluarga diabaikan semua," ucap Nengah Sindri (55), paman Lilik. Kata Sindri, Kamis malam (9/4) sekitar pukul 20.00, Lilik yang sudah punya dua anak dan sudah 10 tahun bercerai dari suaminya, pulang ke rumah. Dia langsung mandi lalu makan malam.
"Setelah itu, dia menelepon seseorang. Tidak jelas apa yang dibicarakan, tapi samar-samar saya dengar ada kata-kata yang menyangkut soal hasil pemilu. Lilik sempat tertawa, tapi hanya beberapa detik kemudian tubuhnya terkulai ke samping. Saya gerak-gerakkan tubuhnya, ia tetap tak sadarkan diri." Merasa ada yang tidak beres, Sindri berlari minta bantuan tetangga. Lilik dibawa ke poliklinik di kecamatan. Takdir menentukan lain. "Sampai di poliklinik, dokter bilang Lillik sudah meninggal dunia."
Sindri yang membantu merawat bapak dan anak bungsu Lilik, Kadek Aryawan (8), mengisahkan, setiap hari Lilik banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Lilik bekerja di Radio Hexon, Buleleng. "Saya kurang tahu aktivitas politiknya. Yang saya tahu, saudara-saudara Lilik melarang dia ikut-ikutan terlibat di partai. Tapi Lilik tidak menggubris."
Kematian yang mendadak itu, membuat Sindri tak habis pikir. "Dia sehat, kok." Keheranan juga diperlihatkan Mia, rekan kerja Lilik di radio. "Kamis pagi, dia kirim SMS, minta saya menyontreng namanya. Ternyata itu pesan terakhirnya. Jelas, kami semua kaget karena sebelumnya dia terlihat sehat-sehat saja."
Mia bercerita, Lilik yang bertugas sebagai tenaga pemasaran di radio tersebut, sangat antusias dan yakin ketika mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif. "Dia kampanye ke berbagai wilayah, menempelkan poster-poster besar di beberapa titik jalan." Saking sibuknya kampanye, Lilik sampai jarang masuk kantor. "Penampilannya juga lusuh dan tak seceria biasanya. Dia juga sering mengeluhkan persaingan ketat sesama caleg."
Lilik yang juga ketua cabang Partai Hanura Kec. Busungbiu, juga pernah berkisah pada rekan kerjanya, sudah mengeluarkan dana ratusan juta. "Selain dari kantong pribadi, sebagian lagi hasil utang. Mungkin karena alasan utang itu, Lilik syok lalu meninggal mendadak setelah tahu hasil perolehan suaranya minim," kata Adinata, rekan lain mendiang. "Lilik memang pernah kena serangan jantung, tujuh tahun lalu, tapi berhasil diselamatkan. Cuma mungkin kali ini beban mentalnya terlalu berat."