Bisnis Ambulans Pribadi (1)

By nova.id, Selasa, 14 April 2009 | 03:18 WIB
Bisnis Ambulans Pribadi 1 (nova.id)

Bisnis Ambulans Pribadi 1 (nova.id)

"Foto : Ahmad Fadillah "

Kesulitan menyewa ambulans ketika anggota keluarga sakit? Sekarang tak perlu panik lagi! Tinggal angkat telepon, ambulans pun datang, lengkap dengan perawatnya.Berawal dari seringnya berada di sebuah rumah sakit di Bogor, Sandyana Kusumah melihat banyak pasien sulit mencari ambulans saat pulang setelah menjalani perawatan. Terbatasnya ambulans sementara pasien begitu banyak, memunculkan ide cemerlang di benak Sandy.

Diawali dengan coba-coba, bapak dua anak ini mengubah mobil Carry miliknya. "Kebetulan warna mobil sudah sesuai, putih seperti warna ambulans. Kursi tengah dan belakang dicopot, disisakan dua buah. Jadi, keluarga yang ikut, bisa duduk di dua kursi itu. Tinggal ditambah lampu ambulans dan sirene," kisah Sandy yang mengeluarkan biaya permak Rp 2 juta.

Berkat promosi lewat internet, ambulans kreasi Sandy banyak diminati. Dalam sehari, bisa dua kali angkut. "Mungkin karena kalau ambulans pribadi, kan, begitu ditelepon langsung datang, enggak perlu mengurus administrasi segala seperti di rumah sakit."

Panggilan yang paling sering adalah panggilan event. Misalnya, acara outbond atau wisata. Biaya yang dipatok untuk event, Rp 1,5 juta plus perawat selama 12 jam. Sementara untuk dalam kota Bogor, Rp 200 ribu/tujuan. Di luar kota, Jakarta Rp 600 ribu, Jawa Tengah dipatok Rp 2 - 2,5 juta. Semua plus sopir. Paling jauh ke Madura Rp 6 juta.

Banyak Sabar Tak hanya melayani orang sakit, ambulans Sandy pun pernah membawa jenazah ke Sukabumi. Lucunya, karena tidak ada keluarga yang mengantar, Sandy terpaksa memegangi keranda sambil menyetir ambulans. "Ngeri juga, sih. Untungnya, selama ini belum pernah 'diganggu'. Kata teman-teman, ada yang 'ngikut' di ambulans saat kembali ke Bogor," papar Sandy yang memiliki komunitas ambulans. "Jika ambulans saya habis, bisa memakai milik teman."

Kini, Sandy menambah fasilitas ambulansnya dengan AC. "Ada yang tidak jadi menyewa karena tidak memakai pendingin, dan jelek. Katanya panas. Padahal, waktu telepon, enggak tanya ada AC-nya tidak. Ternyata orang meninggal juga harus pakai AC, ya," seloroh Sandy sambil tertawa geli.

Melihat animo masyarakat, tampaknya bisnis ini memang menjanjikan. Bayangkan, pendapatan kotor yang diperoleh Sandy saja, mencapai Rp 10-15 juta per bulan. "Yang penting, biaya perawat, bensin, supir terbayar semua," ungkap lelaki yang sudah membeli dua mobil ambulans baru seharga Rp 115 juta.

Selain modal mobil, kesabaran sangat dibutuhkan di jalan. Namanya juga orang sakit, pasti ingin segera sampai di tempat tujuan atau cepat dibawa ke rumah sakit. "Parahnya kalau jalanan macet, tiap 5 menit sekali ditelepon, HP enggak boleh mati. Kalau telat datang, wah, pasti kena omelan, deh. Pokoknya, kami iyakan saja. Ketika pasien selamat sampai di tempat, baru, deh, ucapan terima kasih bertubi-tubi disampaikan. Kami dijamu makan, bahkan besoknya ditelepon lagi."

Menurut Johny Lawara, perawat sekaligus teman kerja Sandy, kendala yang dialami adalah saat menghadapi keluarga pasien. "Harus banyak sabar. Mereka, kan, sedang stres," tutur pria yang mengantongi keahlian Basic Trauma Life Support (BTLS).

Noverita K. Waldan