Jumlah pesanan, tak pernah dibatasi. Pesan satu pun, dilayani Kenny dengan senang hati. Yang kita perlukan, hanya memberi atau mengirim 10 - 15 foto anak lewat e-mail, komentar tentang masing-masing foto, dan data dirinya. "Tak semua foto bisa dipakai. Biasanya, karena foto terlalu kecil resolusinya atau kurang tajam," kata dosen Fakultas Ekonomi Unpar yang memafaatkan internet untuk mempromosikan bisnisnya. Lewat blognya, http://sidkar.multiply.com, kata Kenny, "Pelanggan saya justru tambah banyak."
Tokoh atau karakter juga dibedakan, tergantung kemauan klien. Untuk anak lelaki, misalnya, tersedia karakter Naruto, dinosaurus, atau Kungfu Panda. "Begitu desain jadi, saya kirim ke klien untuk direvisi. Umumnya, sih, sampai tiga kali revisi karena klien suka usul menambahkan ini-itu." Jika sudah oke, tinggal dicetak dan dalam waktu seminggu, mainan ular tangga seharga Rp 35 ribu itu pun siap.
Kalau tak mau gambar karakter, bisa diganti dengan berbagai pengetahuan untuk menambah wawasan anak. Tentang antariksa misalnya. "Di angka tertentu, pemain harus menjawab pertanyaan yang tersedia di kartu terpisah. Pertanyaannya saya yang buat." Untuk jenis ini, Kenny mematok harga Rp 50 ribu. Pemesannya? Tak cuma di Indonesia, tapi sampai ke Brunei dan Malaysia.
Yang tak kalah unik, wadah pengocok dadu dibuat dengan desain lucu dari karton. Pion yang digunakan juga bisa dipilih sesuai keinginan. Bisa berbentuk tentara, dinosaurus, dan lainnya.
Selain permainan ular tangga, tas punggung dari plastik yang bagian depannya memuat foto anak bersangkutan lengkap dengan namanya, "Juga banyak dipesan. Begitu juga kaleng yang dilukis," ungkap Kenny yang sejak tiga tahun silam mendirikan Sidkar bersama suaminya, Iwan Kurniawan.
Hasuna Daylailatu, Henry Ismono