Demam Facebook, Ajang Narsis dan Kontrol Anak

By nova.id, Kamis, 28 Agustus 2008 | 07:32 WIB
Demam Facebook Ajang Narsis dan Kontrol Anak (nova.id)

Demam Facebook Ajang Narsis dan Kontrol Anak (nova.id)

"Foto: Romy Palar/NOVA "

Demam Facebook tengah melanda. Dari remaja hingga ibu-ibu, semua kecanduan situs jejaring sosial satu ini. Apa, sih, istimewanya?Pesatnya perkembangan teknologi, turut mengubah pola komunikasi masyarakat. Internet yang dulu dirasa asing, kini jadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Tak cuma menyasar kalangan tertentu, internet memengaruhi hajat hidup kaum muda hingga mereka yang sudah paruh baya.Berangkat dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial, dunia internet kini marak dengan situs jejaring sosial. Mulai dari produk lokal seperi Fupei, hingga produk luar semacam Friendster, Multiply, Hi5, MySpace, dan Facebook. Selain itu, masih banyak lagi situs jejaring sosial yang bersifat khusus.Satu yang saat ini tengah naik daun, Facebook. Situs buatan Mark Zuckerberg yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 ini, menempati urutan 8 dari daftar Global Top 500 di Alexa (situs penilai kepopuleran dari sebuah situs, Red). Hanya dua nomor di bawah Myspace yang menempati urutan 6.Keanggotaan Facebook awalnya dibatasi untuk siswa Harvard College. Namun, dalam perkembangannya, meluas hingga sekolah lain. Dalam waktu satu tahun, anggotanya sudah ada di seluruh dunia. Akibatnya, tahun 2007 lalu saja, Mark Zuckerberg yang baru berusia 24 tahun ditahbiskan menjadi milyuner termuda dengan nilai kekayaan sebesar $1.5 milyar.Tawaran JobIndonesia pun tak ketinggalan dilanda demam Facebook. Mulai dari mahasiswa hingga selebritis bergabung di sini. Satu di antaranya adalah Robby Tumewu. Perancang yang juga pemain sinetron dan film ini kerap meluangkan waktu membuka Facebook."Awalnya, tahun 2005 saya ikut Friendster untuk iseng sekaligus mencari teman-teman saya. Tapi lama-lama saya merasa, Friendster lebih untuk anak muda," tuturnya. Sampai kemudian seorang rekan mengenalkan Robby dengan Facebook, medio 2007."Ketika gabung di Facebook, saya merasa menemukan tempat yang tepat. Banyak kalangan film juga yang terdaftar di situ. Keuntungan lain, saya bisa ketemu lebih banyak teman lama yang kini ada di luar negeri."Selain itu, "Dengan melihat foto-foto teman, saya jadi tahu lokasi mana saja yang belum saya datangi. Kebetulan, kan, saya suka sekali travelling. Di antaranya, waktu lihat foto-foto Mira Lesmana di Belitung. Saya jadi tahu, ternyata Belitung indah sekali. Ketika saya tanya Mira di mana lokasi tepatnya, eh, saya malah ditawari ikut main film Laskar Pelangi untuk 3 scene."Tak hanya sekali Robby dapat job film gara-gara Facebook. "Pernah saya dihubungi seseorang bernama Hadi Marlan, yang menawari saya bermain dalam film buatannya. Karena merasa enggak kenal, saya sempat curiga dibohongi. Tapi setelah saya cek, ternyata benar. Filmnya tayang 15 Agustus ini dengan judul Kita Punya Bendera."Melalui situs ini, Robby pun bisa mengetahui kabar terakhir teman-temannya. "Saya yang sudah enggak pernah clubbing, tapi tahu kalau ada club-club yang baru. Saya juga bisa tahu teman saya sedang di mana dan melakukan apa. Ada juga yang pasang foto-foto jadul (Jaman Dulu. Red.). Seru!"Lebih MurahRobby juga memanfaatkan Facebook untuk mengelola fansnya. "Kadang ada yang tanya-tanya seputar sinetron saya, Khanza. Atau film terbaru saya. Sekalian mendekatkan diri dengan fans dan menjaring pemirsa juga," ujar pria berkacamata ini.Sebenarnya, banyak yang menyarankan Robby membuat situs pribadi. "Tapi waktunya enggak ada. Lagipula, dengan situs seperti ini (Facebook, Red.) rasanya lebih fun," ungkap Robby yang sebisa mungkin membuka Facebook tiap hari."Biasanya malam, sepulang syuting. Meski capek, tetap saya usahakan. Siapa tahu ada message yang perlu dibalas. Kalau kebetulan ada teman yang online, saya juga bisa chatting."Fasilitas yang ada di Facebook, kadang digunakan Robby untuk mengiklankan produknya. "Kalau bikin sale, bisa diumumkan di situ. Sebentar lagi saya akan membuka account baru di Facebook, khusus untuk usaha saya. Manfaatnya banyak, jaringan lebih luas. Free pula."Menurut Robby, situs jejaring sosial yang menjamur saat ini sangat mudah dipelajari. "Saya yang baru bisa komputer tahun 2005 saja enggak merasa sulit. Intinya, mau belajar. Tadinya enggak bisa apa-apa, sekarang saya sudah bisa edit foto sendiri untuk dipajang di Facebook."Robby pun tak segan bertukar ilmu dengan murid-muridnya di Okky Modelling School. "Saya terus belajar dari siapa saja. Pernah saya belajar dari anak umur 15 tahun. Saya lihat foto-fotonya di Friendster sangat bagus. Hebatnya, semua hasil karyanya sendiri dan hanya menggunakan kamera handphone biasa. Dia bilang, modalnya cuma narsis."Akibatnya, "Saya ikut-ikutan narsis juga. Karena suka travelling, saya masukkan foto-foto saya di Facebook, sekalian memberi informasi apa saja yang ada di lokasi saya travelling. Misalnya ketika di Ambon, saya makan Papeda. Di sana juga ada lokasi tempat belut Morea yang beranting dan makan telur mentah."Melalui situs ini pula Robby bisa bertukar kabar dengan kakaknya yang berada di negeri seberang. "Kadang kami chatting. Dengan internet, jelas biaya lebih murah dibanding telepon."Cek Kabar AnakFacebook yang konon unggul dalam privacy, ternyata juga menarik minat ibu-ibu. Di antaranya Ria Pasaman, Roosita Koestoro, Annette Join Virgo, Deece Hasan, Shinta Omar, Sari, dan Donna.Sama-sama bergabung di Facebook, membuat pertemanan 7 wanita ini makin erat. "Kami punya komunitas sendiri. Kadang kami sama-sama melakukan berbagai kegiatan, mulai dari pengajian, arisan, sampai kegiatan sosial," terang Ria.Supaya tak disebut "gaptek" alias gagap teknologi, para ibu ini merasa perlu mempelajari Facebook lebih jauh. "Yang ngajarin anak saya. Setelah itu, saya jadi makin tertarik. Apalagi dengan ikut Facebook saya bisa bertemu teman SD sampai kuliah, yang sudah lama menghilang. Senang aja. Kami jadi bisa saling tukar kabar dan foto terbaru," ujarnya.Saking seringnya bertukar foto, "Ke mana saja, saya jadi suka bawa kamera. Saya potret segala aktivitas saya, lalu ditaruh di Facebook. Pokoknya, jadi kecanduan abis, deh. Sebisa mungkin saya selalu online dan taruh foto terbaru."Sementara Donna lebih memilih Facebook gara-gara urusan privacy. "Kalau situs jejaring sosial yang lain, masalah privacy kurang diperhatikan," ujar Donna sambil bercerita pengalaman temannya. "Dia sampai diajak blind date oleh orang asing. Katanya, orang itu jatuh cinta dengan teman saya dan mau datang ke Indonesia. Pakai minta nomor rekening segala pula. Katanya untuk transfer uang."Lain lagi Shinta Omar. Ia lebih memanfaatkan Facebook untuk berkomunikasi dengan anak sulungnya yang tengah kuliah di Amerika Serikat. "Ja,di saya selalu tahu kabar dia, apa yang sedang dia lakukan," ucap Shinta yang juga memanfaatkan Facebook untuk kegiatan sosial. "Saya suka pakai Facebook sebagai media kampanye yayasan yang saya ikuti. Salah satu contohnya rencana Yayasan Sekar Saji memperkenalkan budaya kuliner nusantara di Bali, November besok."Edwin Yusman F.