Primadona Bulan Puasa, Dioles Zaitun Agar Berkilau

By nova.id, Rabu, 27 Agustus 2008 | 09:35 WIB
Primadona Bulan Puasa Dioles Zaitun Agar Berkilau (nova.id)

Primadona Bulan Puasa Dioles Zaitun Agar Berkilau (nova.id)

"Foto : Ahmad Fadila/NOVA "

Bulan puasa identik dengan korma. Di Jakarta, buah asal negara padang pasir ini bisa dijumpai di berbagai sudut kota. Salah satu toko grosir terbesar yang menjual korma di daerah Tanah Abang adalah Al Barokah. Berdiri sejak tahun 2001, toko ini diakui menyediakan korma berkualitas tinggi, terlengkap, dan terbesar di Jakarta.Kata Si pemilik toko, Syarifah Bunan, ia menjual sekitar 50 jenis buah korma. "Langsung diimpor dari Arab Saudi, Iran, Dubai, Aljazair, Turki, dan lainnya." Ia beruntung karena banyak kerabatnya tinggal di negara-negara Timur Tengah."Keluarga di sana lebih tahu, mana korma yang bagus dan tidak. Jadi, bisa dibilang saya tidak pernah dapat kiriman korma yang jelek atau rusak." Karena pertalian darah pula, ""Saya enggak perlu bayar mahal ke mereka. Makanya korma yang saya jual, jauh lebih murah dibanding toko lain," ujarnya sambil tersenyum.TELAT PANENKorma-korma itu dijual dengan harga relatif murah, sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 350 ribu per dus. "Setiap bulan, saya bisa menjual hingga 15.000 ribu dus." Jelas, penjualan meningkat saat bulan puasa dan musim haji. Pelanggannya pun variatif. Mulai dari perseorangan hingga perusahaan besar. Baik di Indonesia maupun luar negeri.Pedagang yang sudah berpengalaman ini tak menyangkal, banyak di antara pengecer atau pedagang besar lain yang sering "membohongi" pembeli dengan mengubah merek korma, mencampur korma yang berkualitas baik dan kurang baik, atau memanipulasi bentuk korma. "Tapi itu urusan mereka. Kalau saya, sih, selalu menjual yang asli dan tidak pernah menutupi kualitas korma yang dipilih pembeli. Kalau jelek, saya bilang jelek. Justru itu yang membuat pembeli selalu kembali.Pokoknya, di sini semuanya halal," ujarnya serius.Ia juga menyarankan agar masyarakat tidak langsung percaya bahwa kulit korma yang bening atau berkilau sebagai korma berkulitas tinggi. "Kilauan itu biasanya hasil manipulasi dari minyak zaitun yang dioleskan si penjual," kata Syarifah membuka rahasia.Dari pengalamannya selama ini, jenis korma yang paling digemari pembeli adalah korma Lulu, korma Mesir, Madinah, Tunis, dan Iran. "Kalau yang paling mahal, korma Nabi, Agwa, dan Sokari. Harganya bisa Rp 200 ribu hingga Rp ribu per kilo."Untuk bulan puasa tahun ini, Syarifah mengaku agak sulit memperoleh pasokan korma dari Arab Saudi dan sekitarnya. "Panen kormanya terlambat. Gara-gara itu, harga juga tidak stabil. Sekarang ini, setiap dua hari sekali harganya naik antara Rp 5000 sampai 10 ribu." Jelas, pelanggan Syarifah protes. "Tapi akhirnya tetap beli karena di tempat lain lebih mahal."SETENGAH MATANGKalau malas berpanas-panas membeli korma di Tanah abang, coba saja datang ke Mal Senayan City, Jakarta. Di situ, ada toko khusus yang menyediakan aneka jenis korma berikut produk makanan ikutannya. Namanya toko Bateel. "Saya pernah tinggal di Dubai selama 4 tahun, ikut suami yang kerja di sana," cerita sang pemilik, Tania Walla.Hidung bisnis Tania rupanya tajam. Sejak awal, ia memang sudah ingin membawa korma ke Indonesia. "Saya pikir, di Indonesia belum ada toko khusus menjual korma seperti ini. Kalau di sana, sih, sudah lazim. Cuma, waktu itu belum yakin," lanjut wanita yang kemudian mengambil waralaba Bateel yang berpusat di Dubai. Di tokonya, Tania menyediakan sekitar 15 jenis kurma dari sekitar 35 kurma yang disediakan waralaba Bateel."Jenis-jenis ini tidak mengenal musim, selalu berbuah sepanjang tahun. Nah, kemudian saya sesuaikan dengan selera orang Indonesia." Tania sudah paham, ada jenis korma tertentu yang digandrungi di Arab Saudi, "Di Indonesia tidak disukai. Misalnya, korma Sokari yang sangat keras. Untuk jalan tengahnya, saya ambil juga tapi yang jenis lembut."Ada pula korma Nabi (Agwa), yang pohonnya hanya bisa tumbuh di Medinah. "Jenis ini yang banyak dicari. Terutama di bulan puasa." Bentuk korma ini kecil, berwarna kehitaman, kadar airnya sedikit, dan rasanya tidak begitu manis. Selain itu, lanjutnya, jenis lain yang juga laku adalah Sekki dan Kholas. "Orang bilang, tekstur korma Kholas seperti durian, manisnya juga seperti ada karamelnya."Jenis lainnya adalah Rhutab dengan ciri khas berair."Rhutab adalah korma yang sudah dipetik atau dipanen ketika masih setengah matang. Sesudah dipanen, langsung dimasukkan ke freezer supaya kadar air dan proses kemanisannya berhenti. Sebetulnya, semua jenis korma bisa dijadikan Rhutab." Harga korma yang dijual Tania berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 75 ribu per 100 gram.TAHAN SETAHUNSelain korma, tersedia pula produk olahan lain yang mengandung korma. "Sembilanpuluh persen produk di sini mengandung korma," jelas Tania. Misalnya, Date Truffle, yaitu kurma yang dibungkus cokelat. Harganya Rp 65 ribu per 100 gram. Juga ada biskuit, sirup, dan madu korma yang berkhasiat meningkatkan kadar trombosit."Banyak dicari untuk mengobati demam berdarah Dengue," kata Tania. Untuk menjaga kualitas barang dagangannya, "Kuncinya hanya menjaga temperatur. Enggak ada yang pakai bahan pengawet. Kalau temperatur terjaga, kualitasnya akan tetap bagus. Korma bisa tahan setahun jika disimpan di suhu 6-10 derajat Celcius."Demi kepuasan pelanggan, Tania juga menyediakan paket bingkisan untuk hajatan atau hantaran Lebaran. "Pembeli bisa pilih sendiri isinya. Satu boks isinya dicampur-campur. Misalnya, korma, biskuit, dan cokelat. Terserah anggaran mereka berapa. Ini untuk memudahkan orang membuat parsel Lebaran." Meski Tania menjual boks, ia tetap membolehkan pembeli membawa keranjang atau baki sendiri dari rumah, "Di sini baru diisi dengan korma atau produk olahan korma lainnya," " lanjut Tania yang omsetnya meningkat saat puasa dan Lebaran. "Bisa 100 persen lebih."Ester Sondang, Hasto Prianggoro