Kehadiran tersangka pelaku pembunuhan berantai Very Idham Henyaksyah alias Ryan (30) di RS Polri di Kramatjati, Jakarta Timur, membuat kaget para pengunjung rumah sakit itu. Ketika disapa pengunjung, Ryan tersenyum dan melambaikan tangan."Saya kaget begitu melihat Ryan dari jarak dekat, biasanya cuma lihat di televisi. Waktu dia digiring polisi, saya nyeletuk ini Ryan ya? Ganteng juga Iho.... Eh, dia lempar senyum," ucap Ny Else (39), warga Cilincing, yang berada di rumah sakit itu untuk membesuk kerabatnya, Kamis (14/8) sore.Else yang didampingi saudarinya, Mitha (24), bertemu Ryan ketika tersangka pembunuh itu keluar dan ruang perawatan, Kamis, sore. Mereka juga kaget karena Ryan, ketika mereka sapa, bersikap seperti artis yang disapa penggemamya.Terkait dengan hukuman bag Ryan, Else dan Mitha mengatakan, hendaknya Ryan dijatuh hukuman yang setimpal dengar perbuatannya. "Dia kan sudah membunuh banyak orang, sepantasnya dihukum mati saja," ucap Mitha yang juga mengaku kaget ketika melihat Ryan dari dekat.Seperti diberitakan, Rabu petang Ryan dilarikan ke RS Polri karena muntah darah dan pingsan di selnya di Ruang Tahanan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya. Ryan kemudian dirawat di ruang perawatan khusus tahanan di lantai dua RS Polri. Ryan yang memakai pakaian seragam tahanan berwarna oranye dijaga enam polisi.Kemarin sore, sekitar pukul 16.00, Ryan keluar dari ruang perawatan. Dalam perjalanan ke mobil yang akan membawanya kembali ke ruang tahanan Mapolda Metro Jaya, kepala Ryan ditutupi jaket warna hitam sehingga para fotografer kesulitan mengabadikan wajahnya. Ryan dibawa ke mapolda dengan sedan Toyota Vios warna silver benomor polisi B 8597 DY.Kombes dr Dasril, dokter RS Polri yang memeriksa Ryan mengatakan, Ryan mengalami pendarahan di lambung. Setelah dirawat semalam, Ryan diizinkan untuk dikembalikan ke ruang tahanan.Mobil Vios yang membawa Ryan tiba di Mapolda Metro Jaya sekitar setengah jam sejak meninggalkan RS Polri. Saat itu, puluhan wartawan maupun fotografer telah berkumpul di dekat pintu gerbang ruang tahanan direktorat narkoba. Mobil yang membawa Ryan sempat dua kali melewati kerumunan wartawan sebelum akhirnya meluncur dengan cepat menuju pintu gerbang yang digerakkan dengan tenaga listrik.Ketika pintu gerbang terbuka, para wartawan maupun fotografer berlari mengikuti mobil Vios. Namun, sejumlah petugas segera menghadang mereka. Bahkan, sempat terjadi dorong-dorongan antara petugas dan wartawan sehingga para jurnalis kehilangan momentum Ryan turun dari mobil dan melangkah masuk ruang tahanan.Para wartawan menyesalkan sikap petugas di ruang tahanan narkoba. Mereka menilai penjagaan terhadap Ryan berlebihan. "Kok penjagaannya berlebihan amat sih, padahal kita cuma mau ngambil gambar," ujar Edi, wartawan senior yang bajunya robek ditarik petugas dalam insiden dorong-dorongan di ruang tahanan direktorat narkoba.Keluhan senada diungkapkan Ferry, wartawan Ibu Kota. "Kesannya Ryan diistimewakan, padahal penjagaan terhadap tersangka lain tidak seperti itu," katanya.Mr XPenyidik Polda Metro Jaya menilai bukti dan pengakuan Ryan telah cukup untuk dijadikan dasar pemberkasan kasus mutilasi terhadap Heri Santoso sehingga tidak diperlukan rekonstruksi. "Rekonstruksi tidak akan dilaksanakan. Nanti, jika kami rasa perlu, baru dilakukan," ujar Kepala Satuan Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya, AKBP Fadhil Imran, kemarin.Menurut Fadhil, rekonstruksi merupakan upaya untuk melengkapi berkas suatu perkara. Bila penyidik menganggap berkas sudah lengkap tanpa menggelar rekonstruksi, maka rekonstruksi tidak perlu dilaksanakan. Saat ditanya tentang boneka yang disiapkan penyidik, Fadhil menjawab, "Ya, buat persiapan saja."Kemarin, beredar kabar bahwa hari itu akan digelar rekonstruksi mutilasi Heri Santoso di Apartemen Margonda Residence, Depok. Namun, hingga petang, tak ada rekonstruksi di lokasi tersebut.Secara terpisah, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Abubakar Nataprawira menjelaskan, lima dan enam jenazah korban Ryan yang ditemukan pada penggalian tahap dua, akan diserahkan kepada keluarga pada hari Jumat (16/8) ini di Surabaya. Kelimanya adalah ibu anak Nani Hidayati Silvia D Ramadani, Agustinus Fitri Setyawan, M Zainul Abidin, (semuanya warga Jombang), dan M Aksoni (Sidoarjo).Sedangkan satu jenazah lainnya, dengan nomor register 026, masih berstatus belum dikenal atau Mr X. Menurut Abubakar, ada empat keluarga yang mengaku sebagai kerabat jenazah nomor 026 tersebut. Namun, katanya, polisi belum dapat memastikan keluarga mana yang merupakan kerabat Mr X tersebut.
(wartakota)