Curahan Hati Ibunda Ryan, "Ryan Masih Sering Minta Disuapi" (1)

By nova.id, Senin, 4 Agustus 2008 | 09:55 WIB
Curahan Hati Ibunda Ryan Ryan Masih Sering Minta Disuapi 1 (nova.id)

Curahan Hati Ibunda Ryan Ryan Masih Sering Minta Disuapi 1 (nova.id)

"Foto: Gandhi/Nova, Dok. Surya "

Pembunuhan berantai yang dilakukan Verry Idham Henyansyah alias Ryan begitu mencengangkan. Dibalik "topeng" kemayunya, Ryan beraksi sadis bak seorang jagal maut. Benarkah keluarga Ryan tak mengetahui aksi tersebut ? Ikuti curahan hati Siyatun (58), ibu kandung Ryan, kepada NOVA, Rabu (30/7), di Mapolres Jombang.Aku tak pernah bermimpi bakal tertimpa musibah seperti ini. Ryan, anak bungsuku tega membunuh orang sekeji itu. Memang, Ryan terkadang berperilaku temperamental, termasuk kepadaku, tapi tak terlintas sama sekali dia bisa membunuh belasan orang yang tak berdosa.Sama seperti anak desa umumnya, Ryan kecil tumbuh sehat dan wajar dalam bergaul di Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kec. Tembelang Jombang (Jatim). Ia bersekolah di SD desa, selanjutnya di SMP I Tembelang. Selama menghabiskan masa kanak-kanak itu, tak ada tanda-tanda kelainan dalam dirinya. Memang, kadang dia agak manja tapi masih wajar.Menjelang lulus SMP, ada kejadian yang menurutku di luar kewajaran dan mengubah semua prilaku Ryan. Ceritanya, saat menjelang kelulusan sekolah semua siswa bersama guru berwisata ke Pantai Tanjung Kodok, Lamongan (Jatim).Ketika pulang berwisata Ryan berubah sikap. Dia sering bergumam sendiri, bahkan mengoceh tentang pertemuannya dengan Nyi Roro Kidul. Ryan bilang, sempat diajak penguasa Pantai Laut Selatan tersebut, tapi dia tak mau.Awalnya semua ocehannya tak kuhiraukan. Tapi lama-kelamaan sifat Ryan sebagai seorang anak laki-laki berubah laiknya perempuan. Dia jadi hobi bermain boneka dan mulai suka merias wajah anak-anak sebayanya.KELUAR MASUK SEKOLAHSetamat SMP Ryan diterima di SMAN 3 Jombang. Tentu, kami sekeluarga gembira. Tak semua anak bisa lolos masuk SMA itu. Tapi baru tiga bulan sekolah, tiba-tiba saja dia minta keluar. Katanya, dia tak kerasan di sana dan ngotot minta dimasukkan ke sekolah tari di Yogyakarta.Akhirnya, kakaknya Mulyo Wasis mengantar ke Padepokan Bagong Kussudiardjo di Yogyakarta. Tidak berhasil masuk Padepokan Bagong, Ryan minta masuk ke sanggar tari Didik Nini Thowok. Sayang, lagi-lagi tidak berhasil. Akhirnya Ryan minta masuk ke salah satu SMA di Yogyakarta. Tapi sang kakak tak menuruti karena biayanya sangat mahal. Mau tak mau Ryan kembali ke kampung dan didaftarkan ke SMAN Kabo, Jombang yang tidak jauh dari rumah.Namun, lagi-lagi kami dibuat hilang sabar. Baru berjalan satu bulan, dia kembali mengaku tidak kerasan. Aku tidak tahu apa alasannya, yang pasti dia bilang sekolah tersebut membuat dirinya tidak nyaman. Kemudian Ryan mendaftar ke SMA swasta di Mojoagung, Jombang. Baru 5 bulan sekolah, ulahnya kambuh lagi. Sudah begitu, kalau dimarahi dia melawan. Di SMA Avicena, Jombang barulah Ryan berhasil lulus dengan nilai bagus.Setamat SMA sifat femininnya semakin kentara. Meski secara fisik dia lelaki tulen dengan tubuh kekar, tapi perilakunya makin menyimpang. Dia gemar sekali mempelajari pekerjaan-pekerjaan wanita. Misalnya, mencoba resep-resep kue di majalah kemudian mempraktikkannya di dapur, menekuni tari, dan suka sekali mendandani anak-anak kampung kalau waktu ada kegiatan.Sebagai ibu, aku sangat sedih. Mengapa putraku jadi seperti itu. Pernah kami sekeluarga "menyidang" Ryan. Kami tanya, mengapa perilakunya berubah jadi seperti perempuan. Atas saran kakaknya pula, kami ajak dia ke psikiater atau psikolog. Tapi apa yang terjadi? Bukannya menurut, Ryan mendadak beringas. Ia merasa tersinggung lalu menempeleng ayahnya, Achmad.Gandhi Wasono M.