Dibalik penampilannya yang santun dan kemayu, Ryan ternyata pelaku pembunuhan berantai. Bagaimana dan "siapa" sebenarnya sosok lelaki kelahiran Jombang 1 Februari 1978 ini?Penampilan memang tak selalu bisa diidentikkan dengan perbuatan. Salah satunya, Verry Idham Henyansyah (sebelumnya ditulis Feri Idham Ariansyah) atau biasa disapa Ryan. Nama pria yang tinggal di Desa Jatiwates, Tembelang, Jombang (Jatim) ini belakangan ngetop jadi headline berbagai media massa. Perkembangan terakhir, Ryan diketahui telah menghabisi nyawa 5 orang.Terungkapnya perbuatan Ryan menggegerkan banyak pihak. Teman, tetangga bahkan keluarga tak percaya dengan apa yang dilakukan lelaki yang mengaku punya kelainan orientasi seksual tersebut. Selama ini sosok Ryan dikenal lemah lembut dan kemayu. "Coba tanya orang yang ada di kampung sini semua, pasti tidak menyangka kalau Yansyah (panggilan Ryan di kampungnya, Red) berbuat seperti itu," kata Solikan (38) sepupu Ryan yang tempat tinggalnya tak jauh dari rumah Ryan.MARAH JIKA DITEGURMenurut Solikan, semua orang yang ada di desa tersebut sudah mahfum, sejak kecil perilaku Ryan tidak seperti anak lelaki pada umumnya. Sifat kewanitaannya jauh lebih menonjol."Dia juga suka mendandani anak-anak perempuan. Hobi mendandani itu berlangsung sampai sekarang. Kalau ada acara kegiatan anak-anak, dia pasti yang me-make up," tambah bapak 2 anak itu. Selain merias, sejak duduk di SMP Negeri 1 Tembelang Ryan hobi menari serta dunia fashion.Lucunya kalau melihat anak perempuan, lanjutnya, meski secantik apapun pasti dikatakan jelek. Sebaliknya kalau melihat anak lelaki seringkali memuji. "Saya sampai pernah meledek dia, kamu itu lihat dari mana kok anak secantik itu kamu bilang jelek," ujar mantan kepala dusun itu sambil tertawa.Kendati demikian Solikan mengaku bahwa sosok sepupunya tersebut sangat tertutup. Termasuk pada dirinya dan keluarga. Saking tertutupnya, nyaris tak ada komunikasi dengan bapak dan ibunya. Solikan cerita, kalau di rumah Ryan selalu mengunci diri dalam kamar, dan kalau ditanya atau ditegur biasanya dia marah.Yang pasti, kesehariannya bungsu dari dua bersaudara ini terlihat sangat sibuk dengan aktivitas di luar. Bahkan sekitar tiga bulan terakhir ini dia tidak pernah melihat Ryan di rumah. Soal teman lelaki, "Saya pernah lihat sekali dia bawa teman lelaki ke rumah. Tapi belum saya tanya, dia sudah keluar dengan mobil yang dikendarai teman itu."Hingga kini Solikan masih tak habis pikir, kapan kira-kira Ryan melakukan pembunuhan kemudian menanam jenazah di belakang rumahnya. Toh hampir setiap hari kedua orangtuanya berada di rumah. "Tapi memang setiap pagi hingga sore ibunda Ryan, Siyatun, pergi keliling kampung menjaja kreditan pakaian dan kain. Sementara ayahnya, Achmad, sejak pensiun sebagai satpam pabrik gula setahun lalu sering mencari rumput untuk pakan kambing peliharaannya."MENGAJAR NGAJILantas bagaimana sosok Ryan di mata teman dan tetangga ? Tak ada yang tahu persis. Baik Ryan maupun keluarganya sangat tertutup terhadap warga setempat. "Saya saja tak pernah kok menginjak pelataran rumahnya," ucap Warsito, tetangga yang rumahnya berhadapan dengan rumah Ryan.Selama ini lanjut Warsito, Ryan dan keluarganya tidak pernah bersosialisasi dengan warga setempat. "Jadi kita juga tidak mau tahu dengan keluarganya. Hanya sesekali saja nyapa Ryan kalau pas berpapasan di jalan."Hal senada diungkapkan pasangan suami istri Nurhasanah dan Susanto, teman sesama pengajar mengaji Ryan di masjid desa setempat. "Yansyah itu orangnya pendiam sekali. Dia tidak pernah ngobrol atau guyon. Tapi prilakunya santun," imbuh Nurhasanah seraya mengatakan sejak Maret 2008 Ryan sudah tidak aktif mengajar mengaji lagi.Nurhasanah bercerita, Ryan mulai mengajar anak-anak mengaji sejak tahun 2000. Setiap hari datang menjelang salat Ashar lalu satu jam kemudian setelah mengajar anak-anak, dia langsung bergegas pulang. "Karena pendiam itu saya sungkan mau ajak bicara."Anehnya, hal berbeda ditunjukkan Ryan ketika bergaul dengan warga di luar desanya. Wiyono (32), tetangga Ryan, seringkali melihat ketika Ryan main ke desa tetangga ia berubah jadi gemar bicara dan supel.JANGAN DIGENERALISIRKetua komunitas kaum gay DR. Dede Oetomo ketika dihubungi Nova, Selasa (22/7) menolak jika dikatakan dalam melakukan aksi kejahatan kaum gay, seperti halnya Ryan, cenderung sadis. Menurutnya kasus tersebut bersifat kasuistis dan terjadi secara kebetulan saja. "Jangan digeneralisir. Untuk memastikan semua itu harus ada penelitian. Bandingkan berapa kasus kejahatan sadis yang dilakukan oleh kaum heteroseksual serta kasus yang dilakukan oleh kaum gay," tegas Dede yang juga pendiri GaYA NUSANTARA, kelompok gay pertama di Indonesia.Mantan dosen Fisip Universitas Airlangga, Surabaya tersebut menilai masyarakat harus lebih cerdas dan tidak perlu memilah-milah mana kejahatan yang dilakukan kaum gay atau heteroseksual lainnya. Ia memberi contoh, tahun 1930 di Balongbendo, Krian (Jatim) ada seorang dukun yang melakukan pembunuhan dan memakan daging korban dengan dijadikan sate. "Dan perlu diingat, si dukun ini bukan gay. Tapi di tahun itu sudah melakukan kejahatan seperti ini," tegas Dede lagi.
Gandhi Wasono M.