Kini masa libur sekolah telah habis. Noor yang sudah merindukan anak didiknya belum bisa kembali mengajar."Ingin rasanya segera bisa bertemu dan mengajar mereka kembali. Saya rindukan anak-anak karena saya memang suka anak-anak. Saat-saat yang menyenangkan hati saya bila anak-anak memeluk dan duduk di pangkuan saya," tutur Noor yang sejak kecil tak pernah bercita-cita jadi guru. Kini ia lebih suka disebut pengajar.Kata Noor, aksi sosialnya itu tak ada maksud mencari keuntungan maupun pamrih. Semua ia lakukan dengan ikhlas. Bila ia tak mengajar, muridnya suka menangis dan gelisah. Bahkan, sempat salah satu orangtua menelepon Noor lantaran anaknya sakit. Ternyata si anak ingin mendengar suara Noor.Demikian halnya dalam mengajar mengaji. Noor rela mendatangi jamaahnya dari kantor ke kantor, dari kampung ke kampung yang masih belum diterangi listrik. Kadang malah naik turun gunung berjalan kaki. "Semua itu saya lakukan hanya untuk mencari ridha Allah,'" ucapnya menutup perbincangan.SEBAIKNYA CEPAT DIOPERASISecara medis Direktur RSU AWS, Dr.H.Ajie Syirafudin,MMR, menjelaskan hasil rontgen dan diagnosa yang dijalani Noorsaidah, Minggu (13/7) malam. "Kami menemukan benda asing sebanyak 30 buah berupa besi berbentuk kawat. Panjangnya bervariasi ada yang 7 cm, 10 cm, hingga 12 cm. Paling pendek 2 cm. Sebanyak 28 menancap di perut, dan 2 di payudara," ucapnya.Dalam dunia kedokteran, lanjutnya, benda-benda asing berupa kawat itu disebut corpus alienum. "Dikatakan benda asing karena prosesnya dari luar tubuh manusia. Bukan benda yang tumbuh dari dalam tubuh seperti misalnya, tumor." Penyebabnya tidak diketahui persis, dan pihak RS tidak melakukan observasi untuk hal itu.Hingga saat ini, 23 kawat posisinya masih menancap di kulit. Tidak sampai masuk ke dalam usus. Tapi, sambungnya, yang 7 buah agak masuk ke dalam. Istilahnya intra kultan Sementara ada 4 buah yang sudah menembus lapisan dalam tapi tidak sampai menembus usus. Istilahnya, veritonium. Bila sampai kena usus, bisa terjadi infeksi. "Tapi kalau cuma bergerak enggak apa-apa. Jaraknya masih jauh dari usus. Antara perut dan usus kan masih ada lemak."Selain 30 buah kawat yang tampak, menurut Ajie masih ada beberapa kawat lain yang posisinya melintang di bawah kulit dan belum keluar. "Saya sempat memegang dan menekan-nekan perutnya, dia kesakitan. Oleh karena itu saya sarankan segera dioperasi agar tidak menimbulkan infeksi," jelasnya seraya membenarkan kawat-kawat yang menancap itu sebagian berkarat dan menyebabkan infeksi ringan."Tanda-tandanya di permukaan kulit perut Noor tampak merah-merah." Selain melakukan CT scan dan rontgent, Noorsaidah juga menjalani tes darah. Hasilnya, tidak ada tanda-tanda infeksi di dalam tubuhnya.Ajaibkah? "Tidak. Bagi dunia medis, ini kasus biasa saja karena letak kawatnya masih di bawah kulit. Kecuali bila letaknya di usus, ginjal, atau apa, nah, itu baru luar biasa," tutur Ajie. RSU AWS tak memberi batas waktu kapan Noor harus melakukan operasi. "Saya menyarankan secepatnya. Tapi sepertinya ada persepsi, keluarga ingin menghilangkan pengaruh tenaga dari "luar" dulu. Terakhir baru melakukan upaya medis."Rini SulistyatiKini masa libur sekolah telah habis. Noor yang sudah merindukan anak didiknya belum bisa kembali mengajar."Ingin rasanya segera bisa bertemu dan mengajar mereka kembali. Saya rindukan anak-anak karena saya memang suka anak-anak. Saat-saat yang menyenangkan hati saya bila anak-anak memeluk dan duduk di pangkuan saya," tutur Noor yang sejak kecil tak pernah bercita-cita jadi guru. Kini ia lebih suka disebut pengajar.Kata Noor, aksi sosialnya itu tak ada maksud mencari keuntungan maupun pamrih. Semua ia lakukan dengan ikhlas. Bila ia tak mengajar, muridnya suka menangis dan gelisah. Bahkan, sempat salah satu orangtua menelepon Noor lantaran anaknya sakit. Ternyata si anak ingin mendengar suara Noor.Demikian halnya dalam mengajar mengaji. Noor rela mendatangi jamaahnya dari kantor ke kantor, dari kampung ke kampung yang masih belum diterangi listrik. Kadang malah naik turun gunung berjalan kaki. "Semua itu saya lakukan hanya untuk mencari ridha Allah,'" ucapnya menutup perbincangan.SEBAIKNYA CEPAT DIOPERASISecara medis Direktur RSU AWS, Dr.H.Ajie Syirafudin,MMR, menjelaskan hasil rontgen dan diagnosa yang dijalani Noorsaidah, Minggu (13/7) malam. "Kami menemukan benda asing sebanyak 30 buah berupa besi berbentuk kawat. Panjangnya bervariasi ada yang 7 cm, 10 cm, hingga 12 cm. Paling pendek 2 cm. Sebanyak 28 menancap di perut, dan 2 di payudara," ucapnya.Dalam dunia kedokteran, lanjutnya, benda-benda asing berupa kawat itu disebut corpus alienum. "Dikatakan benda asing karena prosesnya dari luar tubuh manusia. Bukan benda yang tumbuh dari dalam tubuh seperti misalnya, tumor." Penyebabnya tidak diketahui persis, dan pihak RS tidak melakukan observasi untuk hal itu.Hingga saat ini, 23 kawat posisinya masih menancap di kulit. Tidak sampai masuk ke dalam usus. Tapi, sambungnya, yang 7 buah agak masuk ke dalam. Istilahnya intra kultan Sementara ada 4 buah yang sudah menembus lapisan dalam tapi tidak sampai menembus usus. Istilahnya, veritonium. Bila sampai kena usus, bisa terjadi infeksi. "Tapi kalau cuma bergerak enggak apa-apa. Jaraknya masih jauh dari usus. Antara perut dan usus kan masih ada lemak."Selain 30 buah kawat yang tampak, menurut Ajie masih ada beberapa kawat lain yang posisinya melintang di bawah kulit dan belum keluar. "Saya sempat memegang dan menekan-nekan perutnya, dia kesakitan. Oleh karena itu saya sarankan segera dioperasi agar tidak menimbulkan infeksi," jelasnya seraya membenarkan kawat-kawat yang menancap itu sebagian berkarat dan menyebabkan infeksi ringan."Tanda-tandanya di permukaan kulit perut Noor tampak merah-merah." Selain melakukan CT scan dan rontgent, Noorsaidah juga menjalani tes darah. Hasilnya, tidak ada tanda-tanda infeksi di dalam tubuhnya.Ajaibkah? "Tidak. Bagi dunia medis, ini kasus biasa saja karena letak kawatnya masih di bawah kulit. Kecuali bila letaknya di usus, ginjal, atau apa, nah, itu baru luar biasa," tutur Ajie. RSU AWS tak memberi batas waktu kapan Noor harus melakukan operasi. "Saya menyarankan secepatnya. Tapi sepertinya ada persepsi, keluarga ingin menghilangkan pengaruh tenaga dari "luar" dulu. Terakhir baru melakukan upaya medis."Rini Sulistyati