"Awalnya karena kekurusan. Jadi bolak balik masuk RS, masuk UGD. Sampai dokternya hapal. Jadi bolak-balik panas, infus terus. Waktu itu baru tiga atau empat tahun kawin. Dicek, ternyata darahnya kekentalan. Tapi lama-lama capek juga bolak balik RS. Sementara suamiku sudah duluan nyoba food combining. Tapi dia enggak mau push aku untu ikut. Tapi akhirnya aku mau ikut dia food combining. Aku konsultasi sama ahli. Disuruh bikin food diary. Tujuh hari dalam seminggu bisa makan junk food, fried chicken. Pantas badan sakit-sakitan. Ha ha ha," kenang Nina.
Karena keinginan kuat untuk tak lagi sakit-sakitan, Nina pun mantap serius menekuni teknik food combining. "Akhirnya aku ikut karena aku enggak mau sakit lagi. Protein hewan dimakan sama sayur mentah, bukan sama karbo. Tapi masih bisa makan daging, asal jangan digabung sama karbo. Awalnya eneg, tapi lama-lama telan saja. Dan ternyata udah enggak masuk RS lagi. Akhirnya keterusan," ungkap wanita yang kini sudah berusia 38 tahun itu secara khusus kepada tabloidnova.com.
Usaha Nina pun berbuah manis karena kini ia bisa menaikkan berat badannya. "Tadinya aku 46 kilogram, malah disangka pakai obat. Begitu akhirnya food combining, berat badanku normal. Sekarang 53 kilo. Tapi kalau aku makannya ngaco, apalagi keluar kota seminggu, bisa turun berat badanku. Mungkin badanku bingung. Sariawan mulai keluar, badan gatal-gatal badan mulai protes."
Yetta/Tabloidnova.com