Franky Sahilatua Kritis Sampai Akhir Hayat

By nova.id, Kamis, 21 April 2011 | 04:09 WIB
Franky Sahilatua Kritis Sampai Akhir Hayat (nova.id)

Franky Sahilatua Kritis Sampai Akhir Hayat (nova.id)

"Franky Sahilatua (dok. nova) "

Franky Sahilatua kritis pada persoalan sosial dan lingkungan. Lewat lagu-lagunya, pria kelahiran Surabaya, 58 tahun silam itu menuangkannya tanpa bermaksud menggurui.

"Musik-musik balada bukan hanya persoalan bangsa dan kritik sosial, tapi alam juga. Tentang bis kota yang miring ke kiri, ternyata ada relevansi dengan kota kita sampai saat ini. Lagu itu ia nyanyikan saat masih Franky dan Jane," kata pengamat musik, Bens Leo saat melayat ke rumah duka di kawasan Bintaro, Kamis (21/4).

Franky juga dikenal memiliki banyak teman. Ia akrab dengan semua orang dari berbagai kalangan. Namun ia tetap tidak berubah.

"Tidak ada yang berubah, bahkan dia lebih kritis lagi. Dia tidak pernah bergeser pada genre lain. Mas Franky dekat dengan kalangan elit politik tapi tidak pernah dicurigai sebagai orang parpol. Dia dekat dengan Gus Dur tapi enggak pernah ada yang berpikir dia masuk PKB. Ini menarik karena dari situ Mas Franky bisa memotret bangsa lebih jelas," kata Bens.

Keramahan Franky memang masih membekas. Semua kawan dan koleganya tak lupa pada pelantun lagu Kemesraan ini. Terbukti, karangan bunga terus saja berdatangan dari berbagai kalangan, seperti musisi dan tokoh politik. Karangan bunga dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono juga tampak terlihat. Selain itu terdapat karangan bunga dari Slank, Irwan Masnyur, Hatta Rajasa, Taufik Kiemas, Keluarga KH Abdurrahman Wahid, dan masih banyak lainnya.

Isna