Fenomena umum yang sering terjadi di dunia tumbuh kembang anak ialah soal kebiasaan membanding-bandingkan kecerdasan dan fisik anak dengan anak lainnya.
Tanpa disadari, ternyata hal tersebut memberi dampak buruk pada psikologis anak di masa mendatang. Salah satu yang paling nyata terjadi ialah terkait larangan membicarakan masalah berat badan anak.
Baca: Suka Berimajinasi Tingkatkan Risiko Obesitas pada Anak
Lucunya, di Indonesia, hal tersebut sangat lazim terjadi dan dibicarakan. Misalnya kalimat “tambah gendut, ya?” atau “Kok, sekarang kurusan, sih?” yang sudah terlalu sering digunakan seperti sapaan.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Eating and Weight Disorders, orangtua yang sering berbicara mengenai ukuran tubuh dan berat badan lebih sering memiliki anak-anak yang tumbuh dan mengalami kelainan cara makan atau kebiasaan makan yang tidak sehat. Dengan kata lain, dampak buruk keluhan orangtua soal berat badan anak ialah kelainan cara makan pada anak.
Baca: Tak Ingin Anak Obesitas? Matikan TV
Mempelajari 500 perempuan di usia 20 hingga 25, para peneliti bertanya apakah orangtua mereka sering berkomentar mengenai berat badan mereka.
Ternyata, walaupun saat kecil mereka mengalami obesitas atau tidak, perempuan yang memiliki orangtua demikian percaya bahwa mereka harus menurunkan berat badan, meski mereka sedang memiliki berat badan yang pas atau normal.
Hal ini disebabkan karena komentar orangtua memiliki pengaruh yang dapat melukai seumur hidup, ujar penulis utama studi ini, Dr. Bian Wasink, kepada New York Times.
Baca: Lakukan Ini Jika Anak Obesitas
Walaupun belum tentu negatif, fokus terhadap berat bedan atau ukuran tubuh seseorang, baik anak tersebut ataupun orang asing, dapat menjadi nilai yang signifikan. Nilai ini kemudian di internalisasikan dan disimpan seumur hidup hingga anak tersebut tumbuh.
Lebih mengerikannya lagi, hanya satu percakapan mengenai berat badan yang dibutuhkan untuk menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat seumur hidup.
Baca: Nambah Adik Lagi, Turunkan Risiko Obesitas pada Anak, Lo!
“Kita bertanya pada para perempuan untuk mengingat seberapa sering orangtua mereka berkomentar demikian. Namun, ternyata jika mereka mengingat bahwa hal tersebut pernah terjadi, hal itu memiliki pengaruh yang sama buruknya dengan terjadi secara terus-menerus,” ungkap Dr. Wansink.
“Beberapa komentar sama saja dengan berkomentar setiap saat. Hal ini memiliki impresi yang mendalam,” pungkasnya.
Shierine Wangsa Wibawa/KompasFemale Sumber: The Cut