Banyak cara yang dilakukan orang-orang untuk merayakan Hari Konservasi Alam Internasional yang jatuh tiap tanggal 28 Juli 2016.
Seperti yang dikerjakan aktris, aktivis lingkungan yang juga mantan Puteri Indonesia 2005, Nadine Chandrawinata (32).
Dara yang dikenal hobi menyelam sekaligus pendiri komunitas Sea Soldier ini tampak begitu semangat. Nadine memilih merayakan hari khusus ini dengan ikut menanam terumbu karang di Pulau Badul, yang berada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat.
Baca: Ini Dia Tips Traveling ala Nadine Chandrawinata
Ditemui dalam acara HiLo Green Action: Revive The Reef yang berkolaborasi dengan WWF Indonesia pada Kamis (28/7) lalu, Nadine mengaku semakin ingin membangun kesadaran masyarakat untuk terus menjaga alam di sekitarnya.
Sebagai duta yang didapuk dalam program tersebut, kegiatan ini juga menurutnya, mampu mengembangkan ekonomi alternatif untuk warga selain bertani dan beternak.
Misalnya, dalam kegiatan menanam terumbu karang. Penanaman terumbu karang yang berfungsi sebagai habitat bagi banyak ikan tentu dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
Sehingga jika banyak wisatawan datang, pendapatan masyarakat sekitar Taman Nasional Ujung Kulon ikut terangkat. "Kalau ada ikan, terumbu karang, dan pantainya bersih pasti akan jadi tarik pariwisata. Apalagi sekarang ada fasilitas menyelam, snorkeling, dan restoran," tutur Nadine optimis.
Baca: Nadine Chandrawinata Rayakan Ulang Tahun di Puncak Gunung
Sebanyak 12.500 terumbu karang yang ditanam tersebut berjenis karang lunak yaitu karang Cemara dan karang Jamur. Caranya dimulai dengan memotong kecil bagian karang, lalu diikatkan di batu bata berukuran kecil.
Setelah siap, Nadine bersama tim dari WWF menyelam dan mengikatnya pada rak beton yang sudah ditaruh di dasar laut. Nadine dan beberapa penyelam lainnya yang sudah ada di kedalaman sekitar 3 meter lalu menyusun karang-karang tadi di atas rak.
"Hutan dan satwa ini bisa selamat dan sejahtera kalau masyarakatnya juga bisa hidup sejahtera. Jika tidak, satwa yang tidak sejahtera menggagu masyarakat, begitu pun masyarakat yang tidak sejahtera mengganggu hutan dan satwa,” jelas Anwar Purwoto, Direktur program Sumatera dan Kalimantan WWF Indonesia.
Mike Eng Naftali