Sebuah studi tahun 2010 menunjukkan, cinta layaknya obat. Yakni, dapat memicu perasaan euphoria, di bagian yang sama dari otak, seperti kokain atau opioid. Orang yang sedang kasmaran, otaknya akan dibanjiri dopamin dan norepinefrin, dua zat pemicu euforia. Jatuh cinta juga memicu adrenalin yang dapat membuat jantung berdebar dan lutut bergoyang ketika berdekat dengan orang yang dicintai.
Seorang ilmuwan dari Italia mengatakan, orang yang baru jatuh cinta sama seperti penderita obsessive-compulsive disorder (OCD). OCD adalah suatu kondisi dimana individu tidak dapat mengontrol pikirannya. Ini dikarenakan, tingkat serotonin dalam darah individu tersebut menjadi lebih rendah dari tingkat normal dimana gejala ini juga dialami oleh orang yang sedang jatuh cinta. Itu sebabnya, pecinta bisa melakukan hal-hal "gila", seperti berbicara sepanjang malam, menyayangi detail-detail kecil tentang satu sama lain, atau rela terbang antar benua demi menghabiskan akhir pekan bersama.
Layaknya gejala klasik pada kokain, cinta juga bisa membuat kecanduan. Enggak heran makanya kalau orang yang putus cinta bisa merasa sangat depresi atau stres untuk mendapatkan cintanya kembali.
Ester Sondang