Bayangkan, ketika status atau kicauan Anda "terpantau" pasangan, di saat Anda tengah sibuk bekerja. Lalu, pasangan langsung membalas pesan kemarahan Anda dengan me-reply nya. Padahal si Dia tidak tahu Anda sedang di tengah pekerjaan penting atau rapat yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Inilah yang kerap menjadi masalah saat kita melempar kekesalan di media sosial atau lewat pesan teks. Selain kerap tak tepat kondisi, pesan teks juga kerap memicu kesalahpahaman. Dan hasil akhirnya, perselisihanpun menjadi kian meruncing.
Kembali Pada Akal Sehat
Ketimbang melempar kekesalan lewat pesan teks, lebih baik menahan diri hingga tiba saat tepat membahas semua dengan pasangan. Sementara waktu, cobalah membangkitkan rasa cinta kembali pada si Dia. Pikirkan tentang saat-saat Anda dan pasangan usai berselisih. Apa yang mengakhiri argumen? Senyum? Sentuhan lembut? Atau memandang ke dalam mata si Dia untuk mengenang semua alasan Anda mencintainya. Ini jauh lebih baik ketimbang melakukan perkelahian teks yang hanya membuat pertengkaran berlangsung terus menerus.
Bicarakan Langsung atau Lewat Pesan
Jika komunikasi face to face tak berhasil, mungkin sudah saatnya Anda dan pasangan menghindari topik yang membuat Anda berdua berselisih. Atau mungkin, Anda perlu menangis dan menatap wajahnya di saat berkonfrontasi. Jika pasangan berkecenderungan menutup argumen tanpa mau mendengar pendapat Anda. Mungkin perlu mengekspresikan sudut pandang yang berbeda melalui e-mail. Namun dalam menulis, jangan emosional jika tak ingin terjebak dalam kekesalan.
Lakukan Pendinginan Dahulu
Sangat penting melakukan masa 'pendinginan' setelah berselisih. Jangan mengetik email segera setelah berselisih dengan pasangan. Ini hanya akan membuat Anda impulsif dan berkomentar negatif sehingga pasangan akan semakin marah. Ingat, catatan e-mail dapat termemori lebih panjang ketimbang perselisihan langsung.
Sebaliknya, mengapa tidak membuat daftar hal-hal yang Anda ingin pasangan untuk pertimbangkan masalah yang baru saja diperselisihkan. Dengan mengirimkan daftar ini lewat email, Anda memberikan waktu pada masing-masing pihak untuk memikirkan kembali alasan kemarahan. Selain itu, daftar ini dapat menjadi cara memikirkan jalan keluar sebelum bertemu muka kembali sehingga ketika bertemu pasangan telah dalam kondisi tenang dan siap menghadapi diskusi ketimbang beradu argumen.
Dan ingat, isu yang terpenting di sini adalah waktu. Jika e-mail tentang kemarahan semalam masuk ke inbox pasangan di tengah hari yang sibuk di kantor, si Dia mungkin tidak siap menghadapi masalah yang diangkat. Bahkan, ini hanya akan semakin menyulut mereka. Pilih saat yang tepat, dan jangan menekan tombol kirim sampai Anda tahu mereka punya waktu untuk membahasnya.
Laili/ dari berbagai sumber