Namun sebagaimana pengalaman orangtua yang memiliki anak balita, 'tingkah lucu' mereka bukan hanya itu. Mereka juga kerap menendang, memukul, menjerit, bahkan menggigit.
Menggigit sebenarnya merupakan tingkah yang umum pada anak-anak seusia balita. Kendati ini membuat Anda sedikit kesakitan, namun bagi balita ini sedikit adalah hal menyenangkan. Sayangnya, ketika anak melakukannya pada teman sebaya, ini mengakibatkan dirinya dianggap sebagai ancaman bagi kelompok bermain. Lebih buruk lagi, anak-anak ini diberi label "tukang gigit" sehingga sedikit mencemaskan pengelola penitipan anak atau komunitas orangtua.
Jika telah merasa kebiasaan balita Anda menggigit ini sangat mengganggu, berikut beberapa cara untuk mengendalikan perilaku ini.
Mengapa Balita Menggigit?
Percaya atau tidak, menggigit adalah fase normal pada perkembangan masa kanak-kanak awal. Bayi dan balita menggigit dengan alasan yang bervariasi, mulai dari teething hingga eksplorasi mainan dan obyek baru dengan mulutnya. Seiring balita mengerti sebab-akibat, mereka juga menggigit orang lain untuk melihat reaksi mereka.
Menggigit juga dapat menjadi cara balita mendapat perhaian atau mengekspresikan perasaannya. Frustasi, marah, dan ketakutan, adalah beberapa emosi yang kerap menjadi alasan balita menggigit. Khususnya balita yang kekurangan kemampuan bahasa sehingga mencari caranya sendiri mengekspresikan emosinya. Jadi, ketika mereka tak menemukan kata-kata untuk mengartikulasikan perasaannya, mereka meringkasnya dengan sebuah gigitan. Gigitan ini dapat berarti "tolong perhatikan saya!" atau "Aku tidak suka itu".
Menggigit lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, biasanya pada usia satu hingga dua tahun. Seiring kemampuan bahasanya berkembang, kebiasaan menggigit cenderung ikut berkurang.
Bagaimana Membatasi Balita Menggigit?
Penting untuk mengarahkan perilaku ini, segera setelah hal itu terjadi. Lain kali anak menggigit anak lain, pisahkan anak-anak yang terlibat dan cobalah beberapa kiat berikut.
Langkah #1. Coba tenangkan korban dahulu. Arahkan perhatian pada anak yang digigit apalagi jika itu anak orang lain. Mengatasi perilaku dengan cara salah, misalnya memarahi anak yang menggigit, justru dapat memperkuat perilaku negatif. Khususnya jika anak menggigit untuk mencari perhatian.
Langkah #2. Tetap tenang namun tegas. Atasi situasi dengan mengatakan tegas pada anak, "jangan menggigit!" atau "digigit itu sakit!" . Upayakan kata-kata yang sederhana dan mudah untuk dipahami balita. Jelaskan jika menggigit itu salah, namun hindari penjelasan panjang kecuali pada anak yang lebih besar dan mengerti. Tetaplah setenang mungkin dan ini akan mengatasi situasi lebih cepat.
Langkah #3. Tenangkan si penggigit jika perlu. Kerapkali, balita tak menyadari jika digigit itu sakit. Anda boleh sesekali menenangkan anak yang merasa sedih telah menyakiti temannya.
Langkah #4. Tawarkan alternatif. Ketika situasi telah tenang, sarankan alternatif dari kebiasaan menggigit. Misalnya, katakan jika anak dapat menggunakan kata-kata "tidak," "stop", dan "itu milikku" ketika ingin berkomunikasi dengan orang lain.
Langkah #5. Alihkan. Pengalihan dapat membuat anak-anak balita lupa akan kebiasaan tertentu. Jika emosi dan energi sedang tinggi, atau anak sedang mengalami kebosanan, bantulah mengarahkan perhatian ke kegiatan lain yang lebih positif. Misalnya, menari sembari mendengar musik, mewarnai, atau bermain game.
Bagi anak berusia 1 hingga 2 tahun, menghukum anak menggigit belum diperlukan untuk menyadarkan mereka. Menggigit adalah hal normal dan kebanyakan anak-anak tak menyadari tindakannya dapat merugikan orang lain.
Di sisi lain, jika Anda telah mencoba langkah-langkah di atas dan perilakunya tak berhenti, lakukan time out saja. Ini akan lebih efektif khususnya pada anak berusia 2 hingga 3 tahun. Time-out bagi anak-anak seusia ini dapat dilakukan dengan menyuruhnya duduk di kursi dapur atau anak tangga terbawah selama satu hingga 2 menit untuk menenangkan diri.
Sebagai informasi, time out dapat dikenakan 1 menit per tahun usia. Sebaiknya berikan time out yang proporsional dan tidak ditambah-tambahi. Time out yang lebih lama tidak memiliki manfaat tambahan, justru kadang dapat merusak upaya membangun pemahaman pada si Kecil. Atau, kelak anak akan merasa kapok dan merasa time out terlalu sulit baginya. Anda justru akan kesulitan ketika si Kecil hanya duduk sebentar dan berdiri sebelum waktu time out selesai, serta menolak untuk kembali.
Ciptakan lingkungan 'bebas gigitan'
Berhasil atau tidak, kebiasaan menggigit anak merupakan pekerjaan rumah yang selalu menjadi perhatian Anda. Jika perlu, biasakan untuk tidak menolerir kebiasaan ini di rumah, lingkungan sekitar, dan sebagainya.
Berikut beberapa cara agar balita Anda kembali mengikuti aturan sosial yang Anda ajarkan.
· Konsisten. Tekankan aturan "tidak boleh menggigit" setiap saat.
· Gunakan penekanan positif. Ketimbang sekedar 'me-reward' perbuatan negatif dengan perhatian (memarahi), tekankan dengan pujian setiap kali anak berperilaku baik. Ini akan membantu mencegah anak menggigit sejak awal.
· Rencanakan ke depan. Balita mungkin lebih nyaman dan tidak terdorong untuk menggigit ketika tahu apa yang diharapkan dalam situasi baru. Jika anak kedapatan menggigit di tempat penitipan anak, ingatkan apa yang Anda harapkan darinya setiap hari. Jika lingkungan yang lebih besar dan lebih kacau kerap memicu anak menggigit, pertimbangkan menempatkan anak di penitipan yang berukuran lebih kecil.
· Cari alternatif. Seiring perkembangan bahasa yang dimiliki anak, ekpresi negatif seperti menggigit juga akan semakin berkurang. Anda dapat membantunya dengan mengarahkan cara mengekspresikan dengan kata-kata. Misalnya, mintalah anak menggunakan kata-kata a la dia ketika merasa kesal dan kecewa. Ini akan membantunya merasa lebih tenang. Jika perlu, konsultasikan pada dokter, konselor atau spesialis behavioral untuk mendiskusikan cara mengajarkan anak mengatur emosi yang kuat, serta mengekspresikan perasaan dalam cara yang lebih sehat.
Kapan butuh pertolongan?
Kendati menggigit adalah hal biasa bagi bayi dan balita, kebiasaan menggigit dan kebiasaan mengganggu lain yang berlebihan dapat mengindikasikan sesuatu yang bermasalah dalam diri anak. Selain itu, kebiasaan menggigit yang terus dimiliki ketika anak telah berusia 2,5 tahun hingga 3 tahun dapat mengindikasikan sesuatu yang lain.
Jika Anda khawatir tentang perilaku anak, bicarakan dengan dokter anak dan cari tahu penyebab serta cara mengatasinya.
Laili