Usaha Anda cepat berkembang, ya?Lumayan, sih. Sekarang saya dibantu lima karyawan. Per bulan produk saya laku puluhan busana. Untuk promosi, saya juga memanfaatkan jejaring Twitter dan Facebook. Selain itu, bersama beberapa desainer muda lainnya, saya beberapa kali ikut acara peragaan busana. Termasuk mengikuti fashion week. Sampai akhirnya saya mendapat penghargaan.
Dari situ, pasar yang saya bidik makin luas. Makin banyak pula yang mengenal Kle. Pelan-pelan produk saya makin dikenal. Apalagi, banyak rekan di majalah fashion yang meminjam baju-baju saya untuk pemotretan. Sekarang, banyak pihak yang mengajak kerja sama. Mereka bikin pesta besar, saya diberi slot khusus untuk fashion show.
Ada keinginan untuk mengadakan show tunggal?Keinginan sudah pasti ada. Tapi, sejauh ini belum pernah. Maklum, Kle masih kecil, masih harus terus berkembang. Selama ini, saya masih show ramai-ramai bersama teman-teman perancang muda lain. Nanti, kalau dari sisi marketing-nya sudah cukup, barulah saya berencana show tunggal.
Apakah dalam membuat desain, Anda mengikuti tren?Tren memang saya ikuti dan penting untuk pengetahuan. Tapi, saya enggak terlalu silau pada tren. Saya enggak berpatokan di situ. Menurut saya, apa yang bisa dipadu padankan atau dikreasikan, bisa menjadi sebuah tren. Batik misalnya, sekarang kembali jadi tren. Tapi, saya belum eksplorasi ke sana. Mungkin suatu hari ada desain saya yang bergaya tradisional. Tahun lalu saya membuat warna gelap, terus untuk spring/summer , semuanya warna warni. Tahun depan saya belum tahu mau bikin apa. Saya enggak berpatokan di satu konsep.
Semua desain saya kerjakan sendiri. Riset sendiri. Saya menggali ide dari sebuah konsep, misalnya Silent Bliss. Saya ambil satu perasaan tenang, nyaman, kemudian saya interpretasikan. Saya aplikasikan menjadi sebuah desain. Ternyata, dengan konsep seperti itu, banyak yang suka.
Adakah selebritis yang memakai produk Anda?Sudah ada, antara lain Titi DJ, Andien, Elsa Mayori. Tapi, buat saya tidak terlalu penting apakah yang memakai produk saya dari kalangan artis atau masyarakat biasa. Buat saya semua orang bernilai.
Omong-omong, Kle diambil dari nama kecil Anda, ya?Benar. Teman saya banyak yang susah menyebut nama lengkap saya. Untuk gampangnya, mereka memanggil saya Kle. Nama saya memang terdengar aneh, ya. Jarang yang punya nama Kleting seperti saya. (Nama Kleting populer sebagai nama tokoh dalam babad Ande-Ande Lumut, lakon yang sangat populer di masyarakat Jawa).
Kakek saya yang memberi nama Kleting, almarhum Boediardjo. Semasa hidupnya, kakek dikenal sebagai budayawan. Saya banyak belajar kebudayaan dari kakek. Dulu, kakek sering mendongeng untuk saya, baik cerita dari Eropa seperti Pinokio atau cerita-cerita wayang. Tentu kakek juga cerita tentang Ande Ande Lumut dengan salah satu tokohnya, Kleting Kuning. Sering pula kakek mengajak saya dan cucu-cucu lainnya berwisata ke museum, nonton wayang kulit, sampai piknik ke Borobudur.
Selain sebagai desainer, apa kegiatan Anda sehari-hari?Saya masih sering diminta membantu menjadi stylist sebuah majalah. Juga stylist untuk beberapa grup band. Mereka minta saya mengarahkan gayanya untuk imej yang ingin mereka raih. Saya pernah menjadi stylist untuk album religi Ungu, album Nidji, dan beberapa kelompok band lain. Di luar itu, saya paling suka jalan-jalan bersama teman-teman.
Apa harapan Anda ke depan? Pastinya ingin usaha saya lebih berkembang dan kalau bisa, bersaing di pasar internasional. Senang sekali rasanya bisa memberikan pilihan busana yang gaya kepada konsumen. Ya, saya memang ingin membuat orang tampil gaya.
Henry IsmonoFoto-foto: Daniel Supriyono/NOVA