Wanita Lebih Beresiko (2)

By nova.id, Kamis, 5 November 2009 | 19:37 WIB
Wanita Lebih Beresiko 2 (nova.id)

HIPERTENSIPasien pengidap hipertensi seringkali dikaitkan dengan mengidap diabetes. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan distribusi gula pada sel-sel tidak berjalan optimal. Intinya jika tekanan darah baik, gula darah juga akan terjaga. Dan sebaliknya, insulin bersifat sebagai zat pengendali sistem renin-angiotensin, sehingga kadar insulin yang cukup menyebabkan tekanan darah terjaga.

Di dalam tubuh kita terdapat suatu mekanisme sistem renin-angiotensin yang mengendalikan tekanan darah. Sistem yang terdapat di otak ini mengendalikan pengecilan dan pelebaran pembuluh darah serta ekses hormon termasuk yang memengaruhi insulin. Pada wanita, sistem ini sangat dikendalikan oleh mekanisme hormon estrogen dan progesteron. Maka setelah menopause, peluang mengalami hipertensi pada wanita akan semakin besar. Pasalnya, wanita pasca menopause juga berpeluang mengalami pertambahan berat badan yang radikal.

Wanita pasca menopause juga akan mengalami aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah jantung) lebih besar dan meningkatkan resiko hipertensi. Selain berhentinya siklus bulanan, penggunaan kontrasepsi oral (hormonal) juga dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi dan diabetes. Preventif dan kuratifAda banyak penyebab hipertensi, di antaranya faktor genetik, ras (ras afro memiliki tekanan darah lebih tinggi ketimbang ras Asia), makanan (makanan asin-asin atau tinggi natrium atau sodium lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi), demografi (orang-orang di daerah urban dengan stres tinggi lebih berisiko), serta faktor kebiasaan. Perokok, terutama heavy smoker, lebih berpeluang mengalami penyempitan pembuluh darah penyebab hipertensi. Tak cuma itu, pengidap hiperkolesterolemia juga memiliki resiko tinggi mengidap hipertensi, selain penggunaan obat-obatan steroid.

Pengobatan hipertensi disesuaikan dengan berat ringannya penyakit. Pada hipertensi yang masih di ambang suboptimal (tekanan darah 130 per 80) masih bisa dilakukan terapi preventif. Di atas itu harus dengan terapi kuratif. Upaya preventif misalnya dengan mengurangi sodium dan meningkatkan konsumsi kalium, mengurangi konsumsi daging merah dan menggantikan dengan daging putih, konsumsi makanan serealia, sayur-sayuran dan kacang-kacangan.

Konsumsi makanan tinggi kalsium juga dibutuhkan untuk menjaga pembuluh darah supaya tidak rapuh. Selain itu dengan meningkatkan intake magnesium untuk meningkatkan kekuatan otot pembuluh agar lebih kuat terhadap risiko hipertensi dan olah raga teratur. Yang tak kalah penting, menemui dokter untuk berkonsultasi apabila memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga. Terutama bila sering mengalami pusing atau sakit kepala disertai rasa berdebar atau kaku di daerah tengkuk hingga leher.

Sementara upaya kuratif misalnya dengan penggunaan obat diuretik untuk menurunkan tahanan air dalam tubuh, betablocker untuk mengendalikan reseptor di pembuluh darah jantung, serta obat penghambat angiotensin.

Laili DamayantiFoto: Adrianus Adrianto/NOVA