Apa yang membuat Anda tertarik menekuni dunia usaha? Ceritanya, awal tahun 2007, saya penasaran dengan brand lokal kita yang susah mendunia meski sebenarnya mampu. Lihat saja, sebuah merek sepatu terkenal dengan brand luar negeri, tapi yang mengerjakan orang kita. Artinya, secara kualitas, sebenarnya kita mampu bersaing. Selama kita enggak berani mencoba, ya akan terus seperti ini. Itulah yang menggugah saya untuk membuat brand sendiri.
Kenapa pilihannya tas laptop?Sebenarnya bukan hanya tas laptop. Tapi, tas untuk menjawab kemajuan teknologi. Selain laptop, saya juga memproduksi tas kamera digital dan tempat HP. Waktu itu saya berpikir, kalau saya buat tas wanita, terlalu banyak pesaing, mulai dari tas lokal sampai brand Italia yang sudah terkenal.
Nah, saya melihat pasar tas laptop belum banyak yang menggarap. Apalagi, desain tas laptop masih biasa, belum ada yang stylish. Saya yakin peluang pasarnya cukup besar. Saya melihat, harga barang teknologi kian lama kian murah. Misalnya saja HP yang dulu barang mewah, sekarang sudah digunakan semua jenis kalangan masyarakat. Begitu pula dengan laptop. Saya yakin akan semakin memasyarakat.
Saya melihat itu sebagai sebuah peluang. Karena memang, harus ada evolusi dari sebuah tas yang dulu isinya hanya dompet, kunci mobil, atau make up, menjadi sebuah tas yang berisi HP dan laptop. Sebab, saya menduga, makin banyak kaum perempuan yang menggunakan laptop. Artinya, laptop bakal booming.
Anda sendiri, apakah memiliki latar belakang fashion?Oh tidak. Saya lulusan Manajemen, Universitas Parahyangan, Bandung. Sebenarnya basic saya hanya sisi bisnis saja. Nah, untuk desain, saya minta bantuan teman-teman. Sayang, banyak yang enggak tertarik. Ada teman yang sibuk, ada juga yang ragu. "Idenya, sih, bagus tapi jalan enggak, ya?" begitu pikir mereka.
Tapi saya tetap jalan terus. Saya mulai banyak baca majalah fashion dan jalan-jalan keliling mal. Suatu saat, sepulang jalan-jalan, sesampainya di rumah, saya banyak memikirkan ide-ide. Awalnya, ide membuat desain wadah HP. Saya cepat-cepat menggambar. Gambar saya enggak bagus, kok, yang penting apa yang saya inginkan, saya tuangkan dalam gambar.
Ide terus saja bermunculan, sampai saya mau tidur. Hari itu juga, saya bisa menyelesaikan 20 desain. Bahkan, saya membayangkan sampai detail. Lalu, desain-desain itu saya sampaikan ke tukang jahit saya. Dialah yang menerjemahkan keinginan saya.
Bagaimana Anda bisa paham soal tas laptop?Memang, awalnya sama sekali belum terbayang. Apalagi, waktu itu saya juga belum punya laptop. Saya pun membeli tas laptop produksi luar yang betul-betul bagus. Harganya cukup mahal. Setelah didiskon pun harganya masih sekitar Rp 3 jutaan. Awalnya saya hanya mencontek dari sisi fungsi dan mempelajari bahan-bahan pembuat tas. Saya sendiri memulai dengan kulit imitasi.
Selanjutnya, saya cari tukang jahit dan saya tes satu per satu. Setelah dapat tukang jahit, persoalan juga belum selesai. Susah sekali menerjemahkan keinginan saya. Perlu uji coba beberapa kali sampai si penjahit menghasilkan produk yang saya inginkan. Bahkan, sampai sekarang pun, khusus untuk desain baru masih perlu proses uji coba. Lihat nih contoh wadah HP yang masih harus diperbaiki. (Myrna yang berdarah Minang menunjukkan wadah HP yang dianggapnya belum sempurna.)
Begitulah, butuh waktu sekitar 2 bulan sampai akhirnya perajin saya mampu menghasilkan produk yang memang sesuai dengan keinginan saya. Saya memproduksi tas laptop, tas kamera, dan wadah HP. Saya pun menggunakan nama brand Taqilla Amani. (Bersambung)
Henri IsmonoFoto-Foto: Fadoli Barbhatully/NOVA