Serba-serbi Pasca Persalinan (1)

By nova.id, Kamis, 15 Oktober 2009 | 19:06 WIB
Serba serbi Pasca Persalinan 1 (nova.id)

Serba serbi Pasca Persalinan 1 (nova.id)

"Foto: Fadoli Barbathully/NOVA "

Untuk menjawab pertanyaan seputar persalinan, dr.Antonius Hono Wijono,SpAn, spesialis anestesi dan dr.Bonaventura Dofisisire, SpOG dari Siloam Hospitals Lippo Village, membeberkan sejumlah informasi seputar penggunaan obat bius dan luka jahit pada persalinan.

Pasien Boleh Minta Persalinan Minim Rasa SakitPemanfaatan teknologi dan obat-obatan sudah sejak lama digunakan dalam dunia kebidanan. Tak heran bila ilmu berusia ratusan tahun ini punya kekayaan teknik dan cara untuk menyelesaikan berbagai masalah persalinan. Banyaknya metode yang digunakan memiliki satu benang merah tujuan: mempermudah proses persalinan.

Bicara seputar upaya mempermudah proses persalinan modern, tentu tak bisa lepas dari peran anestesi atau obat bius. Nah, agar tak salah memahami pemanfaatan anestesi dalam persalinan, berikut pemaparan dr. Antonius Hono Wijono, SpAn.

Bagaimana menentukan peng­gunaan bius lokal, regional, atau umum pada proses persalinan?Sebenarnya penggunaan obat anestesi spektrum luas maupun lokal tergantung kebutuhan dan kasus yang dihadapi. Misalnya, pada persalinan bermasalah yang harus segera dilakukan operasi, bisa dilakukan pembiusan epidural atau umum. Begitu pula persalinan normal per vaginam, juga bisa memanfaatkan anestesi lokal maupun regional.

Semua keputusan ini tergantung pasien dan pertimbangan dokter yang menangani. Tujuan utamanya, mempermudah tindakan yang akan diambil dokter dengan mengurangi rasa sakit pada saat persalinan.

Apa saja pertimbangannya sebelum memutuskan menggunakan pembiusan lokal, regional, maupun umum?

Semua tindakan yang diambil tentu memiliki risiko dan keuntungan masing-masing. Anestesi epidural dikatakan punya keuntungan meningkatkan relaksasi otot-otot pinggul tanpa mengurangi proses mengejan, sehingga persalinan bisa berlangsung dalam tempo relatif singkat. Ini karena obat sudah ditakar secara tepat sehingga bekerja secara efektif.

Selain pertimbangan non medis, ada pula pertimbangan medis dan psikologis yang mendasari pemilihan jenis anestesi. Misalnya, bila sang ibu punya riwayat psikotik (gangguan kejiwaan), mengalami koma akibat pre-eklampsia atau perdarahan otak, sudah tentu tak bisa sekadar dibius epidural atau regional.

Kondisi ini tak memungkinkan ibu bekerja sama saat proses melahirkan. Kondisi lain juga tak memungkinkan ibu dianestesi spinal (epidural), misalkan bila ternyata ada infeksi di punggung akibat lecet atau penyakit infeksi. Ini sama saja dengan memasukkan kuman ke dalam aliran darah.

Pada wanita yang menggunakan obat pengencer darah atau pengidap kelainan darah terlalu encer, perlu menghindari anestesi spinal (regional).

Laili Damayanti