PASCA-KEGUGURANSetelah seorang wanita mengalami keguguran, biasanya dokter akan memintanya untuk tidak menggunakan alat KB selama enam bulan pertama. Alasannya, jelas dr. Hj. Hasnah Siregar, Sp OG, seperti halnya masa nifas selama 40 hari, 3 bulan pertama untuk menyembuhkan luka, 3 bulan berikutnya untuk mencari tahu penyebab keguguran. "Jadi, tujuannya adalah untuk menyembuhkan penyebab keguguran sebelumnya, sebelum ia diperbolehkan hamil dengan perasaan mantap dan tenang."
Menyoal tidak dizinkan menggunakan alat kontrasepsi selama 6 bulan, menurut Hasnah, apapun alat kontrasepsi yang digunakan, sedikit banyak akan menimbulkan perubahan di dalam rahim. Misalnya pil KB di dalam tubuh mengubah keseimbangan hormon, sedangkan spiral akan mengganggu situasi vagina. "Untuk mengembalikan keoada keadaan semula kan, perlu waktu lebih banyak lagi. Kan, lama." Bagaimana jika pasien ternyata hamil dalam 6 bulan tersebut? Menurut Hasnah, ini akan berisiko keguguran berulang. "Pasalnya, rahim belum sehat betul. Itu sebabnya, dalam penanganan keguguran, selain dokter harus teliti dan kerja keras, pasien harus disiplin menjalani perawatan," ujarnya.
Selama 6 bulan, sejak mendapat nifas, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab keguguran. "Di sini dilakukan berbagai pemeriksaan, antara lain pemeriksaan darah, air seni, jaringan vagina, toksoplasmosis, rubella, citomegalovirus, herpes I dan II, dan pemeriksaan ACA. Dari sana biasanya akan ketahuan 1-2 penyebab terjadinya keguguran. Nah, selanjutnya dilakukan terapi," ungkap Hasnah.
Selama menjalani pemeriksaan, kepada pasien maupun suaminya dianjurkan menghindari kebiasaan buruk, seperti merokok, minum minuman keras, narkoba, dan sebagainya. "Hal ini secara langsung maupun tidak akan dapat menyebabkan keguguran. Ini sudah dibuktikan oleh para ahli kedokteran," tambahnya. Selanjutnya, dari hasil pemeriksaan, dokter akan menemukan penyebab terjadinya keguguran. Sesuai dengan penyebab, maka dokter dapat menentukan cara pengobatan dan perawatannya. "Kalau penyebabnya tumor, maka tumornya kita angkat dulu, Kalau kista, diangkat dulu kistanya. Begitu juga kalu penyebabnya adalah infeksi, maka infeksinya dihilangkan lebih dulu. Jadi, pengobatannya sangat individual," jelasnya. Kecuali jika penyebab keguguran adalah kelainan kromosom. "Tak ada lagi yang bisa dilakukan."
Selain secara fisik, dokter juga tidak bisa mengesampingkan faktor psikologis. Menurut Hasnah, keguguran seringkali berkaitan erat dengan gangguan psikis. Adanya perasaan sangat tertekan dapat menyebabkan gangguan psikosomatis, diantaranya terjadinya keguguran. "Banyak sekali contohnya, seperti konflik di kantor, perkawinan yang tidak direstui, konflik di dalam rumah tangga, dan sebagainya." Di sisi lain, keguguran itu sendiri juga dapat menyebabkan gangguan psikis. Misalnya kalau calon ibu ternyata sangat menginginkan kehadiran seorang anak. "Keadaan demikian juga perlu diantisipasi untuk mencegah keguguran berulang," tambah Hasnah.
Tumpak Sidabutar