Mitos dan Fakta tentang Adopsi

By nova.id, Jumat, 21 September 2012 | 22:01 WIB
Mitos dan Fakta tentang Adopsi (nova.id)

Mitos dan Fakta tentang Adopsi (nova.id)

"Ilustrasi "

Mitos: Seorang ibu sejati  tidak akan pernah benar-benar  menyerah untuk mendapatkan anak sendiri. Jika mengadopsi, maka  Anda tidak layak untuk menjadi ibu.

Fakta: Seorang ibu yang tulus menciptakan rencana adopsi demi anak telah  menempatkan kepentingan anak tersebut  di atas dirinya sendiri. Ini adalah pengorbanan utama bagi seorang ibu, memilih hidup untuk anaknya dan menyadari apa yang terbaik bagi anaknya. Adopsi adalah proses kepedulian dan tanggung jawab yang secara  alami dimiliki orangtua.

Mitos: Anak(adopsi)-ku  akan membenciku suatu ketika.

Fakta: Rancanglah rencana adopsi  Anda sendiri, sehingga memungkinkan  untuk berbagi informasi sedikit atau sebanyak yang diinginkan tentang diri dan keputusan Anda. Memberikan anak sebuah karunia hidup, dan menempatkan kebutuhan sebagai yang utama adalah prioritas setiap orang tua. Tetaplah berpegang pada prioritas ini dibanding hal lainnya. Kebenaran mengenai status anak, dapat dijelaskan ketika Ia telah dewasa untuk menerima fakta secara rasional.  

Mitos: Adopsi merupakan solusi yang tidak bertanggung jawab atas kehamilan yang tidak direncanakan.

Fakta: Adopsi membutuhkan orang yang kuat dan bertanggung jawab. Jangan merasa bersalah ketika mempertimbangkan adopsi atau memikirkan orangtua sang anak sebagai hukuman layak atas kehamilan yang tak direncanakan. Membuat pilihan agar anak  dapat dibesarkan di lingkungan yang dapat memberikan hal-hal yang  tidak mampu diberikan orang tuanya adalah hal yang sangat berani dan bertanggung jawab.

Mitos: Anak Diadopsi akan lebih banyak bermasalah ketimbang anak yang tidak diadopsi.

Fakta: Anak yang diadopsi dapat tumbuh sebaik anak-anak  non-adopsi. Sebuah studi di tahun 1994  oleh The Search Institute  menyimpulkan beberapa fakta berikut: anak adopsi memiliki nilai lebih tinggi di kelas menengah dibanding anak-anak non adopsi seusianya. Ini menjadi  indikator kinerja sekolah dan kompetensi sosial anak adopsi. Anak adopsi yang lebih dewasa  umumnya kurang tertekan dibanding anak-anak dari orang tua tunggal. Selain itu, anak adopsi lebih sedikit berkait dengan alkohol, vandalisme, pertempuran, bermasalah dengan polisi, penyalahgunaan senjata, dan mencuri. Dalam kondisi kesehatan, anak adopsi memiliki skor lebih tinggi daripada anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal. Dibandingkan dengan populasi anak-anak pada umumnya, anak-anak telah tinggal bersama orang tua angkat memiliki kondisi ekonomi yang  lebih baik dan menekan angka perceraian orang tua angkat. Demikian dituturkan oleh Patrick Fagan dalam bukunya  "Adopstion: The Best Option".

Mitos: Tidak ada yang dapat mencintai anak setara orangtua biologis.

Fakta: Kendati diakui, orang tua biologis memiliki cinta  luar biasa bagi anak mereka, bukan berarti ini adalah masalah biologis atau tidak. Cinta kasih bukanlah hal yang diwariskan. Cinta orang tua adopsi  anak  adalah hasil  upaya dan keinginan untuk menjadi orangtua. Orang tua angkat yang memiliki cinta sejati dan kesetiaan kepada anak adopsi karena mereka mensyukuri telah memiliki anak dalam hidup mereka. Anak-anak dapay belajar bahwa konsep 'keluarga' bukan terpaku semata-mata pada biologis. Mereka juga dapat belajar, cinta mampu melampaui batas-batas  norma sosial buatan manusia. Anak-anak dapat belajar bahwa menutup satu pintu dapat membuka pintu lain dan lain-lainnya.

Mitos: Orang tua biologis harus mengucapkan selamat tinggal selamanya dan jangan  pernah mendengar apapun soal anak yang telah diberikan pada orang tua lain.

Fakta: Di masa lalu, adopsi  menutup informasi masa lalu anak selurunya, seolah  diambil dari ibu kandungnya untuk selamanya. Anak harus menjalani sisa hidupnya dengan tidak pernah mengetahui apa yang sejarah dirinya. Hari ini, Anda dapat membuat rencana sendiri  yang  memungkinkan anak  memiliki  orang tua angkat juga bertemu orang tua biologisnya. Orang tua biologis dapat tetap berhubungan saat anak telah tumbuh dewasa dengan menerima gambar dan surat-surat yang dapat memastikan anak berada di tangan yang tepat. Adopsi terbuka juga memungkinkan orang tua biologis untuk tetap berhubungan melalui panggilan telepon dan kunjungan  sesekali.

Laili/ dari berbagai sumber