Tak ada lagi perhatian yang dulu diberikan orang-orang sekitar. Semua berubah menjadi beban. Status baru sebagai seorang ibu, terasa seperti vonis hukuman penjara saja. Jika sudah begini, ada kemungkinan Anda mengalami baby blues. Perasaan frustasi yang disebabkan ketidaksiapan diri menerima peran baru sebagai orangtua.
Sindroma baby blues, menurut Josephine, "Bisa terjadi pada sekitar 80 persen wanita pasca melahirkan. Biasanya terjadi 3 sampai 5 hari usai melahirkan dan berlangsung selama 7 sampai 10 hari."Hal ini, lanjutnya, juga disumbang oleh perubahan hormonal yang terjadi secara drastis usai melahirkan. Perubahan hormonal ini meningkatkan kecemasan dan sensitivitas sang ibu.
Ibu baru pun dihinggapi perasaan gelisah, cemas, mudah tersinggung, depresi, dan merasa tak mampu. Jika terpicu masalah lain seperti ribut dengan suami atau mertua, atau membuat kesalahan saat mengurus bayi, akan mengakibatkan ia bersedih berlebihan.
Post Natal Depression Jika baby blues yang terjadi berkepanjangan hingga lebih dari 10 hari, bisa berkembang menjadi gangguan psikis yang lebih serius, yaitu post natal depression (PND). Kondisi ini dapat menghinggapi 10 persen dari wanita pasca melahirkan.
PND bisa membuat pengidapnya menjadi panik, mudah putus asa, obsesif, memiliki rasa bersalah berlebihan, dan sering dihinggapi pikiran-pikiran tak terkontrol. Gejala serupa namun lebih berat, seperti yang ditunjukkan saat mengalami baby blues.Namun, menurut Josephine, ada beberapa karakter yang membuat baby blues dan PND terlihat berbeda. Gejala yang ditunjukkan pada PND tak hanya bersifat psikis, tapi juga mulai berpengaruh ke fisik. PND seringkali disertai perasaan letih, penurunan hasrat seksual, sulit tidur, dan merasa tegang.
Jika sudah demikian, memperbaiki kualitas komunikasi suami-istri maupun konseling biasa saja tak akan bisa mengakhiri kondisi ini. Pengobatan psikoterapi biasanya juga dilakukan seraya menggali ke akar masalah yang ada dalam pikiran sang ibu.Konselor biasanya akan menyarankan suami untuk meningkatkan ambang toleransi, agar istri mendapat kesempatan beradaptasi dengan peran barunya serta ritme hidupnya. Suami juga disarankan untuk tidak memperparah depresi yang dialami istri, lewat kewajiban yang menurut istri membebani seperti tuntutan untuk segera bisa berhubungan seksual kembali, atau beban rumah tangga yang berlebihan.
Laili DamayantiFoto: Fadoli Barbathully / Nova