Sniper Terbaik Tatang Koswara Dianugerahi Insting Berburu Sejak Remaja

By nova.id, Rabu, 4 Maret 2015 | 05:21 WIB
Sniper Terbaik Tatang Koswara Dianugerahi Insting Berburu Sejak Remaja (nova.id)

Tabloidnova.com - Sniper terbaik Indonesia Tatang Koswara meninggal dunia. Sniper yang pernah diberi gelar terbaik dunia ini adalah pria asal Bandung. Banyak kisah menarik yang bisa disimak semasa hidupnya. Salah satunya, mengenai kemampuan menembak yang telah dimilikinya sejak remaja.

Setiap kali senapan lodong dibidikkannya ke babi hutan saat berburu, dapat dipastikan babi itu mati.Sehari sebelum berpulang, Tatang berkisah bahwa di kampungnya dulu, di Desa Teluk Lada, Kecamatan Panimbang, Banten, areal sawah ayahnya sering diganggu hama babi. Setiap Jumat, masyarakat di kampung tersebut diwajibkan berburu babi ke hutan.  Jika tidak, warga diwajibkan membayar upeti seikat padi. 

"Saat itu, setiap Jumat kami tidak boleh bekerja. Semua pergi ke hutan dan memburu babi," kenang Tatang dalam wawancara dengan Kompas.com, Senin (2/3/2015), atau sehari sebelum dia berpulang.

Tatang yang saat itu berusia 13 tahun enggan berburu bersama rombongan. Ia lebih suka menembak dengan cara menantang atau menyergap musuh dari depan dengan sasaran tembak yang bergerak. Karena itu, biasanya Tatang menanti babi di titik tertentu. Ketika babi mendekat, sekitar radius 30 meter, Tatang melepaskan tembakan dan selalu tepat sasaran.

Selain kelihaian menembak, kemampuan Tatang memprediksi pergerakan lawan juga sangat lihai. Bahkan hingga ia pensiun. Jika ia pergi ke tempat baru, instingnya secara otomatis bisa menggambarkan lokasi pas untuk menembak, apabila terjadi perang di tempat tersebut. "Misalnya saya pergi ke Garut dan melewati hutan. Saya langsung berkata dalam hati, jika terjadi perang, ini tempat yang bagus untuk menyerang atau membentuk jantung pertahanan," ucap dia.

Tatang menjelaskan, sniper membutuhkan ketenangan, kesabaran, dan tidak mudah emosi. Ayah dari empat anak ini beryukur karena hal tersebut sudah ada dalam dirinya sejak ia kecil. 

Reni Susanti/Kompas.com