Secara fisik, penderita kelainan penglihatan warna kongenital ini memang normal. Buta warna jenis ini juga tidak akan bertambah progresif atau bertambah parah karena memang bukan penyakit. "Bila dari sononya anak hanya menderita buta warna partial atau sebagian, ya, akan partial selamanya. Berbeda dengan buta warna acquired, mungkin awalnya yang diserang hanya sebagian, tapi makin lama bisa jadi akan rusak keseluruhan."
Nah, untuk mengetahui buta warna jenis ini harus dilakukan dengan tes warna. Tes ini bisa dilakukan sedini mungkin, saat anak dalam usia pra sekolah. Hanya saja tidak mudah melakukannya karena anak-anak usia ini masih dianggap terlalu muda. "Anak tidak akan memberikan penampilan yang memuaskan karena diperlukan pengalaman konsep. Biasanya, anak akan mengalami kesulitan persepsi dengan tes tersebut." Semisal pada tes Ishihara (rekonstruksi digital), dimana dari kelompok warna-warna kemudian muncul huruf. "Anak-anak yang susah melabel atau susah untuk menyebut bentuk-bentuk angka bisa saja terbalik membaca. Misalnya angka 23 dia baca 32. Ini, kan, tidak berarti dia buta warna."
Karena kesulitan ini, aneka tes warna umumnya dilakukan setelah anak memasuki usia sekolah. Bahkan, saat mereka lulus dari SMU untuk melanjutkan sekolah atau masuk kerja. Lagipula kasus buta warna lebih sering ditemukan dokter saat pemeriksaan mata bila ada gangguan pada retina yang menyerang bintik kuning. "Jarang sekali orang tua yang meminta karena ada kecurigaan tertentu pada anaknya," aku Wati.
Nah, Bu-Pak, jangan segan-segan untuk melakukan tes warna pada anak bila timbul kecurigaan atau keluhan. Dengan demikian jika ditemukan gangguan penglihatan warna pada si kecil, Anda bisa segera memberikan bantuan yang optimal, kan?
Hasto Prianggoro