Bagaimana cerita awal berdirinya komunitas Kittens Park?
Tadinya Kittens Park (KP) itu nama cattery (tempat pembiakan). Banyak pelanggan datang, tiap Sabtu ngumpul di tempat saya, jadi terbentuk komunitas. Saya pikir kenapa enggak kita bikin paguyuban sekalian. Akhirnya kami bentuk komunitas KP yang awalnya ngumpul-ngumpul saja di rumah. Kebetulan saya beriklan di internet dan banyak mendapat anggota baru. September 2007 saya menyatakan bahwa KP milik publik. Komunitas ini milik para pecinta kucing, baik yang ras maupun domestik.
Selain kumpul-kumpul untuk tukar informasi ada kagiatan lain?
Bikin kontes kucing. Dulu waktu pertama kali ada International Cat Show di Jakarta 2008, member KP mayoritas jadi panitia. Sampai saat ini setiap ada acara itu member KP berkontribusi lumayan banyak.
Komunitas ini hanya di Jakarta?
Untuk memperluas jaringan, kami juga punya perwakilan di setiap daerah. Saya juga rajin mengunjungi mereka, mendengar keluhan mereka, Misalnya soal pakan yang sulit.
Saya bantu mereka deal dengan sponsor. Lalu terpikir untuk buat cat shop sendiri untuk melayani para member. Awalnya justru ada 25 pet shop di Yogya yang bergabung dalam komunitas kami. Kebutuhan mereka kami pasok dari Jakarta sehingga pasokan pakan merata. Setelah itu menyusul daerah lain.
Ada kebutuhan lain, kecuali pasokan pakan?
Di Jakarta ternyata ada kebutuhan steril kucing dan layanan bedah caesar. Beruntung ada dokter hewan yang aktif. Namanya drh. Perdana. Kami berdiskusi bagaimana punya klinik hewan yang murah.
Berhasilkah?
Berkat dukungan drh. Permana klinik itu sekarang dalam tahap renovasi. Yang jelas, beliau rela mau menyumbangkan tenaga untuk kegiatan di klinik ini.
Pasien klinik sebagian besar member?
Kami sih menyarankan kalau hanya sakit ringan saja, mending ke dokter hewan terdekat. Tapi kalau mau steril atau caesar bisa datang ke sini. Biaya juga lebih murah karena harga komponen dan jasa dokter dipangkas.
Ada kegiatan lain untuk member?
Beberapa event seperti vaksin murah. Kami membeli vaksin Rp 50 ribu, kami jual Rp 50 ribu. Tak ada biaya jasa dokter. Bahkan alat-alat kami subsidi.
Anda punya usaha pembiakan kucing. Bagaimana ceritanya?
Awalnya hanya sebagai hobi dan pernah diliput sebuah tabloid bahwa sebenarnya usaha ini bisa menjadi peluang usaha. Setelah itu banyak yang telepon dan ingin beli kucing-kucing saya. Dari situ kepikiran untuk mengembangkan usaha ini jadi komersial. Akhirnya semua kucing saya dibeli orang. Saya mulai tergiur keuntungan. Tapi sejujurnya breeding yang saya jalani itu tidak menguntungkan bahkan justru membuat saya tekor sampai ratusan juta. Pernah dalam 1 bulan saya rugi Rp 54 juta.
Kenapa bisa begitu. Kan hitungan di atas kertas bisa menguntungkan?
Ada masa-masa di mana penyakit kucing itu menyebar dengan luar biasa. Selesai wabah satu muncul wabah yang lain. Nah kebetulan saat itu saya punya koleksi banyak kucing. Saat wabah datang, sehari bisa mati 1-2 ekor.
Kucing yang Anda jual bersertifikasi?
Ada. Tapi sertifikat hanya bisa diberikan pada kucing yang induk dan bapaknya bersertifikat juga. Sayangnya di sini masih ada beberapa asosiasi kucing. Akibatnya kalau kucing dari asosiasi A kawin dengan kucing asosiasi B, maka enggak bisa dibuatkan surat.
Anda juga membuat rumah kucing?
Dulu saya memang membuat rumah kucing dari sisa karpet dan kayu bekas. Maklum kalau impor, kan, mahal sekali. Tapi belakangan muncul produk China yang terbuat dari kertas dan harga sangat murah. Akhirnya saya memilih menghentikan produksi karena tak menguntungkan lagi.
Bagaimana dengan perkembangan cat shop?
Ini untuk subsidi silang. Keuntungan dari penjualan barang-barang di cat shop ini untuk subsidi nombokin usaha lain yang rugi. Jadi kalau dihitung, enggak sampai rugi.
Ada perlakuan khusus untuk anggota?
Ada diskon 10 persen untuk member KP. Jadi saya mengambil keuntungan dari member sedikit sekali. Itu wujud pengabdian dari KP untuk anggotanya.
Barang-barang yang dijual kebanyak impor ya?
Hampir semua. Kecuali produk shampo buatan lokal. Ada juga produk sabun dengan merek KP. Ada produk vitamin impor tapi kami pegang distribusinya. Dua produk itu sangat laku keras.
Karena impor, bujet memelihara kucing butuh biaya besar ya?
Ya, memang.
Bisa enggak sih memelihara kucing dengan bujet murah?
Dulu cita-cita saya, menjual kucing murah. Misalnya dengan harga Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu sudah dapat kucing yang bagus. Tapi dalam perkembangannya, cita-cita itu saya lewatkan. Sekarang prinsip saya, jual kucing tapi pilih adopter (pembeli).
Maksudnya?
Biasanya saya pasang harga Rp 700 ribu, tapi kalau sudah ketemu pembeli yang cocok kadang saya terserah mau dibayar berapa saja. Kenapa kami pasang harga 700 ribu? Ini untuk meyakinkan calon pembeli bahwa memelihara kucing itu tidak main-main. Soal makanan saja, dalam sehari seekor kucing bisa makan 100-200 gram dan rata-rata pengeluaran perbulannya berkisar antara Rp 250 ribu- Rp 500 ribu per ekor.
Enggak bisa dikasih nasi dicampur tuna saja misalnya?
Itu namanya table scrap. Asal tahu meraciknya sih sah sah saja. Yang penting hindari garam, perasa. Tapi kucing juga butuh taurin yang hanya ada di minuman berenergi dan daging atau hati untuk kesehatan matanya. Kalau enggak mendapat pasokan itu dia akan mulai berburu tikus.
Tapi komunitas ini tidak terbatas pehobi kucing ras saja kan?
Ya, baik pehobi kucing ras ataupun domestik ada. Enggak ada diskriminasi. Malah kadang-kadang kami menempatkan kucing domestik lebih mulia ketimbang kucing ras. Makanan bisa dapat harga lebih murah. Kadang untuk beberapa obat kami gratiskan.
Kenapa suka kucing?
Kucing itu binatang benar-benar bisa hidup dengan manusia. Beda dengan anjing. Anjing enggak bisa hidup 24 jam di dalam satu ruangan untuk berbulan-bulan? Dia harus keluar untuk pup, karena dia enggak bisa pup di pasir. Kalau enggak punya akses ke luar dia akan mengotori ruang. Kalau kucing dia akan cari pasir, dia hanya butuh satu kotak. Kalau selesai dia akan jilat anusnya setelah itu dia akan naik lagi ke kasur, bisa main lagi sama kita.
Yang kedua lucu, kucing itu selalu jadi yang pertama bangunin kita pagi-pagi. Kucing itu seperti punya ikatan batin dengan pemiliknya. Kucing itu pintar tapi egois, kalau anjing itu penurut tapi bodoh. He he..
Sepintar apa sih?
Kucing saya tuh kalau saya bawa spet buat ngasih obat, baru saya sodorkan mereka langsung lari. Kalau saya sembunyikan mereka turun, saya tunjukin mereka lari lagi. Artinya mereka mengerti kalau mereka mau dikasih obat.
Kucing teman saya lain lagi. Kalau mau dikasih obat, bukannya lari, tapi pura-pura makan saja. Artinya dia tahu kebiasaan kita. Kucing juga pintar, tahu tempat pup. Kucing yang sopan, enggak akan pup sebelum dapat tempat. Tingkahnya juga lucu. Jadi enggak ada alasan untuk tidak menyayangi kucing, kecuali trauma. Kucing juga loyal terhadap tempat, tapi tidak loyal pada tuannya. Makanya kalau pindah, biasanya ia akan stres.
Sejak kapan mulai suka kucing?
Waktu kecil saya mendapat kucing dari om. Kucing domestik itu saya kasih nama Joko dan Beti. Entah kenapa Joko mati, tinggallah si Beti. Beti nurut sekali. Ke mana saya pergi, Beti ikut. Saya panggil dia pasti datang. Figur Beti itu selalu membawa kerinduan sampai sekarang.
Menjelang remaja, saya coba pelihara kucing lagi. Tapi karena ketidaktahuan saya, dia hanya di dalam rumah tanpa saya kasih pasir. Dia mungkin bingung mau pup di mana, akhirnya pup di kain Bapak. Waktu mau salat kepala Bapak kena pup. Marahlah Bapak dan kucing saya dibuang entah ke mana. Saya langsung mengancam, begitu punya rumah sendiri saya mau memelihara kucing sebanyak-banyaknya. Ha ha ha..
Istri dan anak-anak suka kucing juga dong?
Iya, padahal awalnya enggak.
SITA DEWI