Kegemukan? Hati-Hati, Lho! (1)

By nova.id, Kamis, 11 Februari 2010 | 17:07 WIB
Kegemukan Hati Hati Lho! 1 (nova.id)

Kegemukan Hati Hati Lho! 1 (nova.id)

""

Secara umum, obesitas berarti kegemukan. Dulu, untuk mengukur berat ideal, cara yang digunakan adalah tinggi badan dikurangi 100. Sekarang, kalangan medis mengukur kegemukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).

IMT diukur dari berat badan dalam kilogram, dibagi tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan. Menurut dr. Samuel Oetoro, M.S. SpGK, ahli gizi dari Semanggi Specialist Clinic, untuk ukuran orang Indonesia, IMT yang menunjukkan angka 18,5 - 23 berarti normal.

Angka 23 - 25 disebut overweight, 25 - 27 termasuk obesitas ringan, 27 - 30 disebut obesitas ringan, dan di atas 30 tergolong obesitas berat. Selain IMT, digunakan juga cara mengukur lingkar pinggang, untuk menilai risiko penyakit yang mungkin timbul berkaitan dengan obesitas. Lingkar pinggang ini berguna untuk menentukan apakah seseorang punya kecenderungan mengalami sindrom metabolik, yaitu kemungkinan seseorang mengalami kondisi tertentu.

Antara lain, kadar gula darah tinggi, kadar trigliserida darah tinggi, hipertensi, dan serangan jantung. Sebab, jika terjadi obesitas, praktis diikuti pula dengan penumpukan lemak di dalam rongga perut. Normalnya, ukuran lingkar pinggang wanita tak boleh lebih dari 80 cm, sedangkan pria tak boleh melebihi 90 cm. Bila seseorang kelebihan lemak, di situlah banyak macam penyakit "bersarang".

Itu sebabnya, imbuh Samuel, orang sebetulnya tidak boleh gemuk. Penelitian sudah membuktikan, penderita obesitas berisiko menderita penyakit diabetes, hipertensi, stroke, dan serangan jantung, meningkat 3 - 4 kali dibandingkan dengan yang tidak mengalami obesitas. Selain itu, dia juga terkena risiko penyempitan pembuluh darah, osteoastritis (sakit lutut karena benturan sendi yang menahan beban berat tubuh).

Menilik dari risiko yang ditimbulkannya, obesitas termasuk penyakit berbahaya dalam jangka panjang. Namun, efek samping dari obesitas juga tak bisa diperkirakan kapan akan datang. "Belum tentu sekarang menderita, lalu saat ini juga meninggal cepat. Ada yang gemuk, tetap saja "aman". Tapi sebagian besar yang gemuk akan meninggal dalam usia muda," ujar Samuel.

FAKTOR MAKANANSamuel mencontohkan, beberapa artis Indonesia mati muda akibat obesitas. Begitupun dengan pegulat sumo di Jepang jarang yang berusia lebih dari 40 tahun. Benarkah penderita obesitas hidupnya sehat-sehat saja? "Tidak. Terkena obesitas saja, orang sudah punya risiko lebih besar terkena penyakit. Malah, obesitas itu sendiri sudah tidak sehat," jawabnya.

Seharusnya, imbuh Samuel, sekarang sudah didengungkan ke masyarakat, obesitas adalah penyakit, bukan keadaan.Sayangnya, selama ini orang yang kegemukan punya cara berpikir yang salah dan meremehkan penyakit ini, karena masih merasa aman-aman saja, dan beranggapan, yang penting tidak sakit. Lalu, apa saja penyebab obesitas?

Pada prinsipnya, menurut Samuel, obesitas berkaitan dengan keseimbangan jumlah makanan yang dikonsumsi dan jumlah yang dikeluarkan, dalam bentuk aktivitas.

Artinya, orang bisa jadi obesitas karena makanan yang ia konsumsi lebih banyak dibandingkan aktivitas yang dia lakukan. Sehingga, kalori yang masuk lebih besar dibandingkan kalori yang terbakar saat beraktivitas. Apalagi, jika secara kualitas makanan yang disantap juga buruk. Maksudnya, yang bersangkutan banyak mengonsumsi lemak. Namun, pola makan dan aktivitas hanya merupakan dua faktor utama obesitas.

Faktor pendukung timbulnya obesitas bisa berasal dari hormon, psikologis dan genetik, meski faktor genetik tidak akan jadi penyebab kegemukan bila pola hidup diatur dengan baik. Besarnya kalori yang dikonsumsi bisa memengaruhi obesitas. Setiap 1 gram lemak, mengandung 9 kalori. Setiap 1 gram karbohidrat mengandung 4 kalori, dan 1 gram protein mengandung 4 kalori.

Untuk mengukur apakah kalori yang disantap dalam satu hari terlalu banyak atau tidak, hitung saja berapa gram lemak, karbohidrat, dan protein yang dikonsumsi hari itu. Masing-masing dikalikan dengan kalori yang dikandungnya. "Jika dalam satu hari Anda makan lemak 300 gram saja, berarti ada 2700 kalori pasokan dari lemak. Jumlah ini besar sekali," papar Samuel.(Bersambung)

Hasuna Daylailatu