Seringkali orangtua terkagum-kagum dengan buah hatinya yang lincah dan aktif seakan-akan energinya tak pernah habis. Menurut Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc., hal ini wajar terjadi sebab otak anak pada usia emasnya memang sangat aktif dan sedang berkembang pesat. "Otak tidak pernah beristirahat, saat tidur pun organ tubuh ini bekerja. Adanya mimpi saat tidur membuktikan bahwa otak bekerja terus-menerus," ujar pakar gizi ini saat ditemui di peluncuran Susu Pertumbuhan FF 123 456 di Lollypop Land, Senayan City, Jakarta, Rabu, (18/4). Bahkan berat otak anak yang hanya 10 persen dari total berat tubuhnya mengonsumsi 40 persen dari total energi tubuh yang dibutuhkan. Oleh karena itu, di usia emas, anak harus mendapatkan asupan energi yang lengkap, konsisten, dan bertahan lama. Salah satunya dengan memberikan menu sarapan yang komplet nutrisinya alias tak hanya berisi karbohidrat simpel.
"Anak butuh energi, sayangnya sarapan biasanya hanya karbohidrat yang fast-release. Sehingga setelah 1 jam, anak enggak dapat lagi glukosa untuk otaknya dan kemampuan kognitifnya menurun," urai Wati. Misalnya dengan mengganti roti biasa dengan roti gandum dan tidak menambahkan gula pada susu bubuk saat diseduh air. "Berikan bahan makanan yang mengeluarkan glukasa secara perlahan tapi bertahan lama," tambah Wati. Kemampuan kognitif yang berpusat di otak juga tak kalah penting. Menurut Wati, kemampuan ini akan mengatur tingkat perhatian, tingkat pemahaman angka, kualitas memori, tingkat pengenalan gambar, dan kecepatan ingatan. "Kinerja ini berkaitan dengan mengingat, mengkhayal, dan berkonsentrasi," ujar Wati. Astrid