Strategi Berkomunikasi
Bagaimana sebaiknya orangtua berkomunikasi dengan mereka, khususnya karena anak-anak di usia ini mulai hobi "melawan" orangtua? Pustika berpendapat, orangtua memerlukan strategi khusus dalam berkomunikasi dengan anak-anak di fase remaja. Anak-anak di fase ini tidak lagi cocok untuk diajak berkomunikasi dengan gaya orangtua yang memerintah atau mengatur. Pola komunikasi seperti ini akan membuat anak-anak cenderung memandang orangtua mereka sebagai sosok yang mengancam dan tidak mampu mengerti diri mereka.
Anak-anak di fase ini justru lebih cocok diajak berkomunikasi dengan gaya komunikasi layaknya seorang teman. "Orangtua dapat mengajak anak berkomunikasi dengan santai, tidak memberikan penilaian, serta tidak terkesan menggurui," jelasnya. Dengan begitu, anak-anak akan merasa lebih aman dan nyaman dalam mendengarkan orangtua, karena orangtua dianggap mampu mengerti posisi serta keinginan diri mereka.
Cari Sisi Positifnya
Menurut Pustika, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mencari sisi positif fase remaja antara lain adalah:
1 Meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita anak serta berempati kepada mereka. Ini akan membantu orangtua lebih dapat mengerti posisi serta keinginan anak, serta membantu mereka melihat potensi keunggulan yang sebenarnya ada di dalam diri setiap anak.
2 Membantu anak mengeksplorasi kelebihan dan kekurangan diri mereka sendiri. Ikut sertakan mereka dalam banyak kegiatan, baik yang sifatnya akademis maupun non-akademis. Dari beragam kegiatan tersebut, anak akan memiliki kesempatan untuk mengasah minat dan bakat mereka, yang pada akhirnya dapat menunjukkan di mana kelebihan serta kekurangan mereka.
3 Melihat secara lebih jeli dan realisitis keunggulan-keunggulan anak. "Setiap anak pasti memiliki sisi positif tersendiri di dalam diri mereka. Ketika sisi tersebut tampak, terus motivasi anak untuk mempertahankan dan mengembangkannya," saran Pustika.
Hasto