Membantu Si ABG Galau (1)

By nova.id, Senin, 16 April 2012 | 05:20 WIB
Membantu Si ABG Galau 1 (nova.id)

Di satu sisi, orangtua cenderung merasa khawatir terhadap anak dan masih ingin mengatur serta memperlakukan mereka layaknya masih anak kecil. Di sisi lain, anak dapat menganggap tindakan orangtua tersebut menganggu proses mereka dalam menemukan identitas diri mereka. Orangtua dianggap tidak bisa mengerti kemauan anak. Pada akhirnya, tidak jarang anak terkesan melawan kepada orangtua. "Perilaku melawan ini sebenarnya adalah aksi protes anak kepada orangtua karena merasa dipersulit dalam mencari identitas diri mereka," jelas Pustika.

Di sisi lain, interaksi dengan teman-teman sepermainan juga dapat menemui beberapa masalah. "Ketika anak-anak di usia fase remaja berteman dengan teman-teman yang memberikan pengaruh positif kepada diri mereka, maka ini akan membantu anak untuk membentuk identitas diri mereka ke arah yang juga positif." Namun, lanjutnya, "Ketika anak-anak berteman dengan teman-teman yang justru memberikan pengaruh negatif kepada diri mereka, maka hal ini akan membuat anak-anak rentan mengembangkan identitas diri yang juga negatif."

Beberapa contoh pengaruh buruk yang dapat ditampilkan oleh teman-teman adalah pembentukan geng kelompok, bullying, sampai penggunaan obat-obatan terlarang. Oleh karena itu, anak perlu pintar berstrategi dalam mencari teman-teman sepermainan yang dapat membantu memberikan pengalaman positif bagi diri mereka untuk mengembangkan identitas diri yang baik.

Dukungan Keluarga

Toh, sebesar apa pun persoalan yang akan muncul, anak-anak usia fase ini tetap dapat memiliki harapan untuk mampu mengatasinya dengan baik. Terutama, jika mereka didukung oleh sumber-sumber yang cukup di sekitar diri mereka. Sumber ini mencakup dukungan keluarga serta lingkungan.

"Keluarga serta lingkungan memiliki peran yang besar dalam menentukan perkembangan para anak-anak di fase remaja," ujar Pustika. Mereka terutama akan memiliki peran yang besar dalam menentukan hal-hal apa saja yang akan ditemui dan dipelajari oleh anak-anak dalam pembentukan identitas diri mereka. Misalnya, ketika keluarga dan lingkungan menampilkan contoh-contoh perilaku positif atau memberikan pengalaman positif kepada anak, maka akan membantu anak untuk membentuk identitas diri mereka secara lebih positif.

Selain itu, tugas utama yang perlu keluarga dan lingkungan lakukan adalah memberikan perhatian dan bimbingan pada anak-anak di fase remaja. Selain agar anak-anak tidak terjerumus dan "salah jalan", mereka juga dapat benar-benar menemukan identitas diri yang paling baik bagi diri mereka sendiri.

Hasto Prianggoro/ bersambung