Jika Anak "Menyerang" Balik

By nova.id, Rabu, 16 Juli 2008 | 03:58 WIB
Jika Anak Menyerang Balik (nova.id)

Anda boleh terbengong-bengong melihat dan mendengar si kecil menyerang balik omongan Anda. Tapi memang begitulah adanya. Masalah yang satu ini tak hanya terjadi pada si remaja tapi juga balita. Jelas, sebagai orang tua kita harus tetap bertindak bijaksana. Berikut cara yang bisa dilakukan. BALITA Omongan balik: "Enggak!" atau "Memangnya kenapa?" Cara merespons: Beri tekanan pada anak dengan mengatakan, "Bukankah lebih baik jika kita tidak melakukannya?" Jangan berteriak apalagi berkata kasar. Sebab, reaksi Anda menentukan apa yang akan terjadi kemudian. Orang tua tidak akan bisa sepenuhnya mengontrol anak-anak. Satu-satunya yang dapat Anda kontrol adalah diri Anda sendiri. Jika Andamemberi teladan penguasaan diri, maka anak-anak akan menguasai diri mereka. USIA SEKOLAH Omongan balik: "Papa/Mama enggak ngerti, sih!" atau "Ayah/Bunda enggak adil!" Cara merespons: Anak pada usia sekolah lebih peduli pada pendapat teman sebayanya ketimbang pikiran orang tuanya. Mereka sengaja memancing kemarahan Anda. Jadi, jangan terpancing! Anak usia sekolah memang paling sulit didebat. Jadi, jangan mendebat mereka! Sebaliknya, biarkan anak menangani masalah tersebut secara mandiri dan bersikaplah penuh empati padanya. Katakan dengan penuh kasih sayang, "Mungkin kamu berpikir, Ayah/Ibu tidak mengerti apa yang sedang terjadi padamu sekarang. Ibu tahu, kamu enggak gampang menghadapinya tapi kamu sudah bersikap tidak hormat. Masuklah ke kamar sampai kamu tenang, baru nanti kita bicarakan dengan kepala dingin." Untuk omongan balik, "Papa/Mama tidak adil!", bersikaplah proaktif. Membatasi diri untuk tidak mencampuri urusan akan menumbuhkan kontrol diri pada anak. Tentukan saja batas-batasnya, misalnya kapan anak boleh menyeberang sendirian, tidur lebih larut, pergi bersama teman-teman, dan sebagainya. Rembukan suatu peraturan keluarga secara demokratis. Jika suatu saat pelanggaran terjadi, ingatkan mereka tentang peraturan yang telah disepakati bersama. PRAREMAJA Omongan balik: "Apa pentingnya, sih?" atau "Buat apa, sih?' Cara merespons: Jangan mengambil tanggung jawab dengan serta-merta. Mereka memang berkata-kata sengit untuk melindungi diri. Misalnya, si Andi meminjam topi kesayangan Anda dan menghilangkannya. Jangan langsung menyembur dengan, "Dasar enggak bertanggungjawab!" Hati-hati! Dengan mudah ia akan balik berkata, "Memangnya Papa enggak pernah menghilangkan barang? Oke, deh, sorry aja kalau saya enggak sempurna!" Waduh! Daripada menyerang, cobalah berkomunikasi secara konkret. "Papa merasa kecewa karena kamu menghilangkan topi kesayangan Papa." Kendalikan diri Anda dan cobalah untuk tetap menghargai anak. Ingat, tujuan Anda adalah menunjukkan perasaan Anda dan mendidik anak agar bersikap lebih bertanggungjawab. REMAJA Omongan balik: "Tinggalkan saya sendiri!" dan "Semua ini salah Ayah/Ibu!" Cara merespons: Tinggi badan mereka mungkin sudah menyamai Anda, namun remaja belum sepenuhnya menjadi rasional. Cara mereka berpikir sama sekali berbeda dengan orang dewasa dan anak-anak. Tambahan lagi, mereka sangat sensitif. Perhatikan respons mereka dan dengarkan mereka. Perlihatkan bahwa Anda berada di pihak mereka. Jika mereka minta dibiarkan sendiri, mundurlah, tapi jangan menyerah. Dekatilah mereka dengan lembut. Saat mereka menyendiri, tulislah surat pada secarik kertas: "Papa/Mama siap mendengarkan kamu kapan saja. We love you!" Penting untuk diingat, jangan menyerang atau menyalahkan. Jagalah agar komunikasi tetap terbuka dan senantiasa bicara dengan lembut dan ramah. Begitu Anda berteriak atau memaki, mereka akan melakukan hal sama! 6 "HUKUM" JIKA BERSELISIH DENGAN ANAK Tak mungkin rasanya kita terhindar atau menghindar dari perselisihan dengan anak. Sesabar-sabarnya orang tua, satu saat pasti hal itu terjadi. Tapi jangan putus asa. Anda bisa belajar bagaimana berselisih dengan benar. Berikut 6 aturan main yang harus dilakukan bila terjadi pertengkaran dengan anak. 1. Jangan menyerang. 2. Jangan meremehkan. 3. Jangan langsung menyalahkan. 4. Temukan persoalan yang sebenarnya. 5. Cari cara untuk memperbaiki keadaan tersebut. 6. Temukan cara pencegahan di masa mendatang.