Tabloidnova.com - Setelah sempat beredar buku yang mengandung unsur propaganda Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), kemudian lolosnya buku ajar untuk siswa sekolah dasar (SD) yang terselip konten cerita dewasa, kini beredar lagi buku yang mewajarkan orang pacaran berzina. Buku berjudul 'Saatnya Aku Belajar Pacaran' karya Toge Aprilianto ini dianggap melanggar nilai agama, etika, dan moral bangsa serta merusak pola pikir generasi muda.
Sejak beberapa hari lalu, buku 'Saatnya Aku Belajar Pacaran' karya Toge Aprilianto terbitan Brillian Internasional yang berlokasi Sidoarjo ini ramai diperbincangkan di media sosial. Para netizen ramai memperbincangkan isi buku setelah diposting oleh akun Facebook Teeamtamzir Bugeazt di group Facebook "Komunitas Bisa Menulis".
Ratusan orang pun menanggapi dan mengecam foto halaman buku tersebut. Pada bagian halaman yang diposting tersebut, penulis buku mengatakan bahwa obrolan tentang ajakan berhubungan seksual menjadi bahasan penting dalam berpacaran. Penulis juga mengatakan menjadi hal yang wajar jika pacar mengajak untuk berhubungan seks.
Yang lebih memprihatinkan lagi, si penulis justru memberikan solusi jika pacar mengajak berhubungan seks. Namun solusi ini yang mengagetkan, karena penulis menyarankan untuk mengiyakan untuk menurutinya asal si pembaca dan pacarnya sama-sama siap menanggung akibatnya.
Kontan, postingan yang berisi foto salah satu halaman buku 'Saatnya Aku Belajar Pacaran' itu diberi komentar bernada mengecam oleh netizen.
Salah satu pemberi komentar, yaitu Romana Dwi, mengaku sudah mengecek buku tersebut dalam versi PDF. Ia menyebutkan, "Baca yang versi PDF, membuat saya yakin, buku ini memang mengajak kita untuk pacaran, dibahas dengan bahasa ringan yang mudah dicerna remaja, kita dijejali dengan pemahaman 'Pacaran itu keren!'. Penulis memberi motivasi psikologi yang agar pembaca mengikuti pemikiran itu. Malah ada bagian yang menyuruh kita membantah orangtua jika ortu tsb melarang pacaran. Astagfirullah, buku ini merusak moral dan membodohkan."
Buku yang meresahkan ini telah beredar di masyarakat sejak tahun 2010. Menanggapi hal ini, pemerintah diminta turun tangan agar buku-buku yang punya potensi merusak generasi muda tidak lagi lolos ke publik.
"Lolosnya buku-buku yang mengandung konten berbahaya bagi anak dan remaja kita sudah berkali-kali terjadi. Pemerintah harus ambil tindakan agar ada efek jera, baik bagi penulis maupun penerbit yang menerbitkan buku-buku mengandung 'racun' seperti ini. Pemerintah jangan hanya diam. Jangan harap revolusi mental tercipta kalau buku-buku seperti ini masih ada di pasaran," ujar Ketua Yayasan Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri dan Anggota DPD RI Fahira Idris dalam rilisnya di Jakarta (4/2/2015).
Wakil Ketua Komite III DPD yang antara lain mengurusi bidang pendidikan, keagamaan, budaya, dan perlidungan anak ini mengatakan, paradigma di Indonesia apalagi di kalangan anak dan remaja, masih menganggap buku yang sudah diterbitkan apalagi ada di toko buku, kontennya adalah benar.
"Dari gaya bahasanya, buku ini ditujukan untuk remaja. Buku ini sangat bahaya. Saya menyebutnya buku racun karena menganggap berzina adalah hal yang biasa. Di mana tanggung jawab moral penulis dan penerbit? Tega-teganya buku seperti ini dilempar ke pasar," tegas Fahira yang berencana menempuh jalur hukum karena isinya sudah meresahkan masyarakat dan telanjur beredar sejak tahun 2010. "Ini sebagai pembelajaran agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Saya juga minta penjualan buku ini via internet dihentikan" tutup Fahira.
Annelis Brilian
Sumber: Tribunnews.com