Bibit posesif sebenarnya ada pada semua orang. Kenali pasangan, apakah ia termasuk si posesif yang ekstrem.
Posesif adalah sifat ingin memiliki sesuatu, dan agaknya memang tiap manusia memiliki sifat demikian. Dalam porsi yang wajar, sifat ini justru membuahkan hal-hal positif. Bahkan seperti yang diutarakan Ita D. Azly, Psi., posesif dianggap sebagai ungkapan rasa cinta dan kasih sayang di antara sepasang suami istri.
"Siapa, sih, pasangan yang tidak ingin selalu diperhatikan, diingatkan hal-hal penting, atau setia ditemani?" katanya. "Tinggal, mampukah diri kita mengelola sifat itu menjadi sesuatu yang baik, terlebih kepada pasangan. Kalau tidak, maka akan timbul masalah di antara suami istri."
RASA TAK NYAMAN
Pemicu sifat posesif yang berlebihan ini, menurutnya, disebabkan banyak faktor yang berbeda-beda pada tiap individu. Ada faktor traumatik, konsep diri yang rendah atau kurang percaya diri. "Orang yang kurang percaya diri cenderung mempunyai ketergantungan pada orang lain. Hal inilah yang tidak ingin dia lepaskan dari pasangannya."
Dengan begitu, sifat posesif pada sesorang tidak bisa digeneralisasikan meskipun pada umumnya datang dari rasa tidak nyaman atau tidak senang bila tak memiliki sesuatu yang diinginkan. Dalam pernikahan, orang yang sifat posesifnya berlebihan selalu ingin memiliki pasangannya secara total.
Bukan karena pasangan itu tidak bisa dipercaya atau bermasalah, tapi justru dialah yang merasa tidak aman jika jauh dari pasangannya. Akibatnya, siapa, sih, yang tidak merasa terbelenggu memiliki pasangan seperti itu? "Sekalipun sudah hidup berkeluarga, kita tetap ingin punya ruang privasi, bukan?"
Yang menyebalkan, si posesif ternyata tidak merasa bahwa sikapnya membawa masalah. "Memang, kelihatannya hidup orang itu amat terbebani dengan segala urusan ingin tahu tingkah laku pasangan sampai ke detail. Padahal tidak begitu, lo," ungkap Ita. "Dia tetap saja enjoy. Justru, kalau tidak begitu dia tidak akan merasa tenang."
Memang, padanya terlihat rasa empati yang sangat kurang. "Sebab, dia lebih mementingkan dirinya sendiri atau perasaannya ketimbang hal-hal lain. Kontrol dirinya pun rendah," papar Ita. "Itulah kenapa, orang yang sifat posesifnya termasuk ekstrem biasanya mengarah pada gangguan kejiwaan."
MENGHADAPI PASANGAN POSESIF
Dalam menghadapi si posesif ini, mau tak mau kita harus memahami apa yang sedang menjadi ganjalannya. "Dengan begitu kita jadi tahu mengapa dia bersikap seperti itu," kata Ita. "Jadi, terima saja dulu perlakuannya."
Selanjutnya, jika kita merasa tak nyaman dengan apa yang dilakukannya, ajaklah ia berdialog. "Jangan lupa, ungkapkan ganjalan kita secara baik-baik, bahwa kita merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Namun sebelumnya, dia harus bisa diyakinkan dulu bahwa kita bisa dipercaya."
Kalau cara itu tidak membuahkan hasil, lebih baik minta bantuan orang ketiga seperti psikolog untuk mencari jalan keluarnya. Namun, jangan langsung buru-buru mengajaknya berkonsultasi. Ingat, dia, kan, tidak merasa dirinya posesif.
Gazali