Pertanyaannya sekarang, sebelum perkawinan bubar apakah tak mungkin menjadikan pasangan sebagai teman? Apalagi jika mengingat perkawinan sering diawali dengan pertemanan yang kemudian berlanjut dengan pacaran.
LEBIH DARI FUN
Kata psikolog sekaligus konselor perkawinan Widiawati Bayu, SPsi., sebenarnya kita tak perlu jauh-jauh mencari teman. Pasangan kita sendiri pun bisa dijadikan teman; yang mesra tentu saja. Karena menurut Widia, memang ada sifat-sifat pertemanan sejati yang positif yang dapat diaplikasikan pada hubungan suami istri.
Sifat-sifat tersebut antara lain berempati, saling menghormati, sering meluangkan waktu bersama, bersikap fun, tulus dan hangat serta tak ragu melontarkan kritik yang membangun. Bila diterapkan dalam rumah tangga sifat-sifat tadi tentu akan membuat perkawinan semakin nyaman karena masing-masing tahu ia bisa menyandarkan diri pada pasangan yang memiliki sifat-sifat positif sebagai teman.
Pertemanan itu sendiri dikelompokkan menurut kebutuhan yang juga bermacam-macam. Ada teman untuk curhat, ada teman yang selalu nyambung saat diajak berdiskusi, dan ada yang sekadar just for fun. Namun kedekatan seseorang pada individu lain umumnya karena kesamaan minat, latar belakang pendidikan, atau malah semata-mata berdasarkan kesamaan fisik.
Nah, semua ragam teman ini sebenarnya bisa ditemui pada pasangan asalkan sejak awal komunikasi di antara Anda berdua memang harmonis. Setelah itu, selalu sediakan waktu untuk berdua saja sekadar bersenang-senang atau membahas dan mengerjakan sesuatu bersama-sama.
SPONTANITAS HILANG
Sayangnya, ada beberapa sifat dasar pertemanan yang seperti menghilang ditelan bumi seiring berjalannya perkawinan. Tiga di antaranya yaitu spontanitas, having fun, dan kebersamaan waktu. Setelah menikah sekian lama, sering kali suami dan istri kehilangan spontanitas dalam mengungkapkan perasaan. Entah karena enggan, malu-malu, atau malah tak lagi merasa perlu mengutarakannya.
Padahal spontanitas dan kejutan tetap dibutuhkan dalam perkawinan. Seperti halnya dengan teman, Anda bisa hanging out sepulang kantor. Atau tanpa direncanakan tahu-tahu setuju diajak kumpul di kafe atau bioskop. Aktivitas seperti ini, kan, sebetulnya bisa dilakukan bersama suami atau istri. Begitu juga kejutan-kejutan lain yang menyenangkan yang sering kita lakukan bersama teman.
Jadi kuncinya, kata Widia, spontanitas dan having fun dalam perkawinan hendaknya selalu dijaga. Sesekali, tiba di rumah agak terlambat tidak mengapa, kok. Namun agar tidak jadi membosankan, jangan kelewat detail merencanakannya. Jika sudah terasa rutin, pikirkan hal-hal baru yang menyegarkan.
Sifat pertemanan lainnya yang perlu dijaga adalah memelihara kehangatan dan empati. Ingat-ingat, deh, pada sahabat tercinta bukankah kita senantiasa mau mendengarkan keluh kesahnya? Lalu mengapa kita tak juga membuka hati sebagai pendengar yang baik bagi pasangan? Kadang, yang dibutuhkan bukan solusi atas masalahnya tetapi hanya sikap empati dari Anda.
Santi