"Kesempurnaan" seseorang bisa membuat eksistensi pasangannya tergoyahkan. Ibaratnya mau melangkah ke kanan atau ke kiri, pasangan sudah mendahului. Lantas bagaimana caranya agar kita tak tampak bodoh di mata suami atau istri? Beginilah jalan keluarnya: 1) Percaya diri bahwa kita unik, dia pun unik
Yakinlah bahwa dia mau menikah dengan Anda karena ada sesuatu yang istimewa disamping kekurangan dan keterbatasan Anda. Masalah rumah tangga pasti akan muncul jika kita tidak bersedia menerima keterbatasan diri sendiri, tidak mampu menerima keunikan orang lain, tidak mempunyai ruang untuk keunikan orang lain, menjadi frustrasi karenanya, lalu menyalahkan orang lain sebagai bentuk kompensasi atas keterbatasan "ruang" di dalam dirinya sendiri. Alhasil, kita jadi merasa tidak punya "tempat" untuk sesuatu yang berbeda dari diri sendiri.
2) Jangan merasa "ketinggalan kereta"
Kalau pasangan terbukti lebih pandai melakukan ini-itu, baik di rumah dan di tempat kerja, jangan langsung merasa kehilangan peran atau tak berdaya. Syukuri hal tersebut sebagai anugerah. Cobalah tarik pelajaran dan lihat sisi positifnya. Tanamkan selalu dalam hati, bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Selalu ada kekurangan di sana-sini, meski hanya samar terimalah itu sebagai bagian dari dirinya. Jangan jadikan lembaga pernikahan sebagai ajang kompetisi, yang memberlakukan istilah kalah atau menang.
3) Pelajari kelebihannya
Kalau mau sedikit membuka diri, banyak hal yang bisa dipelajari dari pasangan yang "sempurna". Serap ilmunya, balas perhatiannya, ikuti kecekatannya dalam menyelesaikan permasalahan dan segala kelebihannya.
4) Nikmati
Jangan persulit keadaan. Kalau memang segalanya beres di tangannya, kenapa tidak coba dinikmati saja? Tunjukkan ketulusan dengan memberikan apresiasi dan dukungan. Jangan mencemooh kalau sekali waktu dia gagal. Sesempurna apa pun dia, pasti punya kelemahan. Isi kekurangannya ini sehingga kedua belah pihak memiliki peran setara. Tidak ada seorang pun mengharapkan pasangan tidak sempurna. Tapi ketidaksempurnaan adalah hakiki, dengan adanya ketidaksempurnaan, senantiasa ada ruang untuk tumbuh dan berkembang ke arah kesempurnaan. Kalau saja manusia bisa memaklumi ketidaksempurnaan pasangan dan ketidaksempurnaan dirinya, akan ada upaya kedua belah pihak untuk menjadi lebih sempurna, dan upaya ini merupakan suatu proses perubahan yang menunjukkan adanya kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan.
Marfuah