Namun untuk mengetahui palsu-tidaknya, menurut Adi Tagor, hanya bisa dibuktikan dengan tes laboratorium, yang seharusnya dilakukan Ditjen POM. "Dengan penelitian di laboratorium, akan diketahui kadar enzimnya. Makanya, pilih madu yang merek-nya terkenal dan bagus."
Pada madu asli, lanjut Adi Tagor, biasanya ditemui ada lilin-lilin atau busa tempat bayi-bayi tawon. Jenisnya ada yang hitam, cokelat, putih, dan bening, tergantung jenis tawonnya. Warna madu pun berbeda-beda tergantung spesies tawon yang mencari bunga tertentu. Di situ ada perbedaan khasiatnya.
Yang pasti, tegas Adi Tagor, madu asli memiliki khasiat tinggi. Namun ingat, lo, bahaya kontaminasinya. Jadi, meski khasiatnya amat tinggi, jangan pernah berikan madu asli (belum refined dan purified yang dapat mengandung spora clostridium botulinum) pada si kecil tapi berikanlah madu yang sudah dimurnikan.
Benarkah Madu Menurunkan Panas
Pada kondisi ringan, menurut Hembing, madu memang bisa bermanfaat karena madu punya daya antiseptik. "Kandungan vitamin C-nya yang tinggi pun bisa sebagai anti oksidan, anti radang, dan juga perdarahan. Jadi, tak masalah jika anak panas diberikan madu sepanjang panasnya ringan." Namun jika panasnya berat, "tentu harus dengan obat penurun panas dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan dokter."
Adi Tagor sependapat, "memang ada zat-zat kimia alami dalam madu yang bekerja di pusat panas langsung. Jadi, seperti panadol atau aspirin yang, tapi di dalam madu, zat-zat tersebut berasal dari alam, bukan kimia. Bukankah di alam sendiri banyak zat yang langsung ke pusat sentral pengatur panas dan bisa menurunkan?" Jadi, lanjutnya, ada baiknya jika anak panas diberi madu. Terlebih dalam kondisi badan panas diperlukan tenaga yang cepat atau quick energy. "Nah, glukosa dan fruktosa yang ada dalam madu merupakan kalori ready for use atau siap pakai. Dengan demikian, bila anak panas hingga tak mau makan-minum, bisa diberikan air putih yang dicampur madu supaya memenuhi kebutuhan kalorinya untuk sementara."
Namun ingat, pesan Adi Tagor dan Hembing, timbulnya panas pada tubuh seseorang (anak) bisa disebabkan berbagai faktor. Misal, radang. Dengan demikian, "jika panasnya berat, tentu harus dengan obat penurun panas dan sebaiknya diperiksakan ke dokter," bilang Hembing. Apalagi, sambung Adi Tagor, "bila anak panas berarti sudah urusan infeksi. Hingga, bila infeksinya tak diberantas atau tak diberi obat anti panas, tentu panasnya tak mau turun."
Si Kecil Tak Boleh Minum Madu Dengan Telur Mentah
Madu yang asli, terang Adi Tagor, jika menyentuh protein mentah seperti telur, maka telurnya jadi matang, tapi matangnya denaturasi (pematangan secara kimia). "Jadi, kumannya tak mati."
Itu sebab, Adi Tagor sama sekali tak membenarkan pemberian madu dengan telur mentah untuk bayi dan anak. Dikhawatirkan ada kuman salmonella yang masuk lewat pori-pori telur. "Telur setengah matang itu, kan, kumannya enggak mati. Padahal, kuman ini bisa menyebabkan penyakit tifus atau paratifus. Bayi dan balita paling rentan untuk terkena, apalagi bayi yang belum boleh mendapat imunisasi tifus."
Jadi, sarannya, paling tidak telurnya harus tiga perempat matang. "Jika untuk orang dewasa telurnya dimasak 5 menit, maka untuk anak harus 9 menit. Namun lebih bagus lagi jika sampai matang karena lebih aman."