Mengenal Evi Masamba, Juara Kontes Adu Bakat Dangdut Academy

By nova.id, Rabu, 24 Juni 2015 | 00:00 WIB
Evi Masamba Dangdut Academy (nova.id)

Tabloidnova.com - Hidup Evi Masamba mulai berubah ketika mengikuti audisi Dangdut Academy ( DA) 2 di Makassar, 16 November 2014 silam. Itu merupakan kali kedua ia mencoba peruntungannya agar bisa menjadi penyanyi profesional lewat ajang kontes menyanyi. Dangdut memang jenis musik yang dipilihnya. Mengingat tahun sebelumnya, ia juga berniat mengikuti audisi, “Tapi, aku datangnya telat. Jadi sudah tidak bisa ikut audisi. Makanya kemarin waktu lihat teve ada audisi DA2 di Makassar, aku langsung berangkat. Tanggal 8 November 2014 aku sudah sampai di sana padahal audisinya masih seminggu. Soalnya enggak mau sampai telat lagi,” cerita Evi mengawali kisahnya pada NOVA.

Persiapan dirinya mengikuti audisi DA 2 bisa dibilang cukup matang. Buktinya sudah jauh-jauh hari sebelumnya, Evi mengumpulkan sedikit demi sedikit honor menyanyinya dari satu panggung ke panggung kampung lainnya demi biaya pergi ke Makassar. Berbekal uang Rp600.000, Evi berangkat ditemani tante dan sepupunya. “Uang segitu untuk ongkos dan biaya makan. Waktu itu, kan, kami memang datang lebih cepat jadi biaya untuk makannya banyak. Tapi, insya Allah aku yakin (lolos audisi),” kenangnya.

Beruntunglah Evi, keyakinannya bisa lolos ke Jakarta terbukti. Jalan panjang meraih cita-citanya pun dimulai di panggung DA 2. Meski sempat “tersenggol” namun langkah Evi nyatanya sampai juga ke babak grand final. Bahkan, setelah 4 bulan berjuang di atas pentas, namanya dinobatkan sebagai juara, Jumat (12/6) lalu. Sederet hadiah pun ia terima dari Indosiar sebagai teve penyelenggara. Seperti dibuatkan single, kontrak rekaman, uang tunai, dan satu unit mobil.

Tak hanya itu, Evi juga mendapat setidaknya 5 hadiah paket umrah yang langsung ia berikan untuk neneknya, ayah dan ibunya, serta kerabat dekatnya yang lain. Ia juga masih mendapat hadiah paket jalan-jalan ke 5 negara di Eropa dari diplomat asal Kab. Luwu (Sulsel), Dr Syamsul Harasa. “Alhamdulillah saya bisa mewujudkan impian saya untuk memperbaiki rumah nenek dan mengumrahkan nenek juga,” ucap Evi.

Selain hadiah tadi, Evi mengaku juga mendapat banyak pengalaman berharga saat mengikuti DA 2. Ia yang lahir dan besar di desa terpencil, awalnya sempat tak percaya diri lantaran harus bernyanyi di depan banyak orang sekaligus di atas panggung yang megah.

Sosok Evi memang terkesan apa adanya. Pun begitu ketika kritikan dan candaan menghampiri Evi sepanjang berkompetisi. Misalnya, ketika salah satu host mengomentari rupa gigi Evi yang khas. Tapi, ia tak marah dan memaklumi semua itu.

Baca: Nikita Willy, Antara Sutradara, Album, Dan Pacar Baru

Di atas panggung, Evi juga dituntut mengubah total penampilannya. Ia dibantu oleh makeup artist, desainer, dan penata rambut yang kerap bersentuhan dengan para selebriti Tanah Air. Tak heran, dengan kulit kecokelatan yang ia miliki, penampilan Evi dari minggu ke minggu di pentas DA 2 justru membuatnya kian merasa takjub dan jadi percaya diri. “Sepatu hak tinggi, gaun-gaun, mana pernah aku pakai itu semua. Apalagi aku orangnya tomboi. Belajar pakai sepatu hak tinggi sampai jatuh-jatuh. Aku juga belajar pakai gaun feminin, diajarin soal attitude (bersikap), cara berbicara, segala macam lah. Jadi kemarin, kan, (aku) sudah cantik tuh, sekarang makin cantik lagi,” kelakar Evi yang mengaku penggemarnya kini tersebar di Indonesia dan juga luar negeri.

“(Penggemarku) Ada di Hong Kong, Jedah, Malaysia. Aku juga sempat ada yang ngirimin sepatu dari Hong Kong. Alhamdulillah. Kalau buka Twitter, Instagram, aku suka netesin air mata. Ya Allah terharu, karena kemarin aku ini enggak dikenal, sekarang banyak yang sayang sama Evi,” akunya polos.

Kini, untuk sekadar berbelanja di minimarket pun, bukan lagi perkara mudah bagi Evi. “Sekarang kalau setiap pergi kemana-mana, ada aja yang manggil dan minta foto. Aku keluar pagar rumah aja, langsung ditarik sama ibu-ibu, diserbu, dipeluk. Muka aku sampai penuh lipstik karena dicium dan rambut acak-acakan,” cerita Evi dengan wajah lucu.

Evi Masamba Dangdut Academy (nova.id)

Namun, dari semua hadiah dan pengalaman berharga itu, ada satu yang membuat Evi sangat bersyukur mengikuti DA 2. Ibundanya, Rusniati didatangkan oleh pihak kreatif DA 2 sebagai kejutan untuk Evi di salah satu episode. “Aku bisa bertemu dengan mama aku yang sudah bertahun-tahun tidak bisa bertemu. Itu sudah melebihi dari hadiah apa pun,” ujar Evi sendu.

Ya, selama 18 tahun, Evi hidup terpisah dari orangtua kandungnya. Ketika berusia 2 tahun, Evi dititipkan pada neneknya. “Mama pergi jadi TKW ke Malaysia. Tiga tahun kemudian mama pulang. Tapi hanya 3 hari di rumah, setelah itu mama pergi lagi dan tidak ada kabar sama sekali, sampai aku kira mama sudah meninggal dan tidak aku pikirin lagi. Makanya pas kemarin bertemu di atas panggung, agak asing, ya. Cuma aku bahagia bisa tahu mama ternyata masih hidup,” ungkap Evi dengan mata memerah menahan haru.

Baca: Ini Alasan Zaskia Gotik Mulai Jaga Goyangan

Diakui Evi, dirinya sempat mengirimkan SMS ke ibunda saat ingin mengikuti audisi DA 2. Ia juga kembali mengabarkan ibunya setelah dinyatakan lolos dan berangkat ke Jakarta. “Memang komunikasi Evi dan mama sempat putus karena jaringan (telepon) susah. Aku harus manjat pohon dulu supaya dapat sinyal. Pas terpilih masuk nominasi, aku kabarin mama lewat SMS, karena kalau telepon, pasti enggak bisa. Aku bilang, Ma, doain, mudah-mudahan lancar,” kata Evi sambil bercerita kehidupan masa kecilnya yang jauh dari kata berkecukupan.

Apalagi Sang Nenek, selain dititipi Evi, juga harus merawat adik Evi yang kala itu baru berusia 9 bulan. Tak heran jika Evi tidak bisa menyelesaikan pendidikannya. “Aku sekolah cuma sampai SMP. Nenek tidak ada biaya lagi. Aku mulai membantu (perekonomian) nenek dengan kerja serabutan. Apa saja aku lakukan, mulai dari jadi baby sitter, berjualan pakaian bekas, sampai menjemur rumput laut agar dapat uang.”

Evi yang menuruni bakat seni ayahnya, juga rajin mencari rezeki dengan menyanyi dari satu panggung ke panggung lainnya. Karena masih taraf manggung antar kampung, honor yang diterima Evi pun sangat minim. “Pertama nyanyi, aku dapat bayaran Rp60.000. Kalau tetangga ada hajatan, aku diminta nyanyi tapi dibayarnya dengan makanan. Aku senang aja karena memang suka menyanyi. Cita-citaku dari kecil juga ingin jadi penyanyi dan memberangkatkan nenek naik haji atau umrah, yang penting nenek bisa injak yang namanya Tanah Suci,” cetus Evi yang mengaku juga ingin menjajal dunia akting.

Namun saat ini, dirinya ingin berkonsentrasi penuh membangun kariernya lewat musik dangdut. “Harapan aku, mudah-mudahan aku bisa jadi penyanyi yang profesional, bisa membanggakan dunia musik dangdut Indonesia.”

Sri Isnaeni / Tabloidnova.com

Foto: Eng Naftali