Berbagai jenis hidangan berlabel halal disediakan mulai dari yi sang, chicken ala canton, ikan goreng ala Hongkong, dim sum, sampai aneka hidangan penutup mulai nian gao, longan kembang tahu hingga pancake durian.
Untuk melengkapi kemeriahan di hari istimewa tersebut ditampilkan pula seni panggung yang sangat menarik. Tak hanya kesenian khas Cina seperti liang-liong, barongsai serta wushu saja, tapi menampilkan seni Bian Liana atau seni salin rupa (mask changing). Seni yang sudah ada sejak masa Dinasti Qing pada 300 tahun lalu itu sangat istimewa. Karena penari Bian Lian, akan menunjukkan kemampuannya mengubah tampilan topeng wajahnya secepat kilat bahkan lebih cepat dari kemampuan mata untuk melihat proses perubahannya. "Kecepatan pergantian topeng penari menyemai kecepatan kedipan mata kita," kata Yonita Eka, public relation Swiss-Belinn Manyar.
Menurut A Shun, penari bian lian usai perform di depan wartawan menjelaskan bahwa dia mengusai tari tersebut setelah setahun penuh belajar di Cina. "Meski memiliki keinginan kuat belum tentu bisa terpilih," papar lelaki satu dari 10 orang pemain Bian Lian yang ada di Indonesia.
Lelaki yang jago beladiri wushu menjelaskan, salah satu yang dibutuhkan dalam mempelajari seni tari bian lian adalah soal pernapasan. Sebab, sepanjang menari, si penari nyaris tidak bernapas. "Penari bian lian itu napasnya dari saluran kelopak mata," paparnya.
Agar suasana semakin semarak juga disediakan photo booth lengkap dengan dekorasi mirip negeri Tionkok Kuno, serta fortune teller booth, untuk melihat peruntungan di tahun kuda kayu. Untuk membawa suasana ke negeri Tiongkok, di lobi hotel juga dialunkan guzheng atau kecapi cina. "Pokoknya kami akan membuat para tamu yang datang sangat berkesan," kata Yonita setengah berpromosi.
Gandhi