Perjuangan Berat Layla Warlow Menjalani Hidup sebagai Bi-Gender

By nova.id, Jumat, 23 Januari 2015 | 12:21 WIB
Perjuangan Berat Layla Warlow Menjalani Hidup sebagai Bi Gender (nova.id)

Tabloidnova.com - "Hidup sebagai bi-gender sebenarnya sangat membuat frustasi," kata Layla Warlow, seorang bi-gender atau seseorang yang menjalani hari-harinya di antara kedua jenis kelamin, atau menjadi pria dan perempuan sekaligus.

Saat menjadi perempuan dengan tetap menyandang nama Layla, "Saya terdorong untuk pakai make up tebal dan berpenampilan seksi. Sementara ketika jadi lelaki dengan nama Layton, terkadang saya menangis melihat payudara sendiri dan tiba-tiba jadi benci tubuh perempuan saya."

Tentu saja perasaan seperti itu sangat menyakitkan buat Layla pribadi. Bayangkan saja, ketika menajdi Layton, Layla harus membebat payudaranya dan memakai rambut palsu untuk memberikan tampilan yang lebih maskulin.

Tak hanya itu, identitas gender tak biasa yang dimiliki Layla tak hanya memengaruhi gaya pakaiannya saja, tapi juga memengaruhi seksualitasnya. Saat menjadi Layton, ia akan sangat tertarik pada perempuan dan sebaliknya, saat menjadi Layla, ia akan naksir pada pria.

Perjuangan Berat Layla Warlow Menjalani Hidup sebagai Bi Gender (nova.id)
Perjuangan Berat Layla Warlow Menjalani Hidup sebagai Bi Gender (nova.id)

"Layla Warlow saat sedang ingin menjadi Layton, ia harus membebat payudaranya agar terlihat seperti lelaki utuh. (FOTO: DAILYMAIL.CO.UK) "

Menjadi seorang bi-gender juga telah menyebabkan masalah bagi Layla dalam mencari pekerjaan. "Sebagian besar pengusaha tak akan bisa memahami ketika seorang pekerja wanitanya yang feminin tiba-tiba muncul ke kantor berpakaian seperti laki-laki," kata Layla yang bekerja di pusat relawan pemuda.

"Tapi untungnya mereka benar-benar mendukung status gender saya dan membiarkan saya memiliki dua tag nama tergantung pada jenis kelamin saya datang ke kantor seperti apa," katanya. Dan untuk menyamankan statusnya yang unik, Layla pun mencari informasi lebih jauh mengenai bi-gender.

Ternyata di dunia maya ia banyak menemukan orang-orang yang memiliki kasus seperti dirinya. Hinga akhirnya ia pun membentuk komunitas kaum bi-gender di Facebook. "Tujuannya, untuk membantu memberikan saran kepada mereka yang masih bingung atas kehidupan seksualitas dan gender mereka."

Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com

SUMBER: MIRROR