Gangguan Kecil Saat Berintim-Intim (2)

By nova.id, Selasa, 28 Juni 2011 | 12:18 WIB
Gangguan Kecil Saat Berintim Intim 2 (nova.id)

LIBIDO MENURUN

Interupsi semacam itu, baik dilakukan oleh suami maupun istri, akan sangat mengganggu. Soalnya, bisa jadi pasangan sudah mencapai puncak dan jika tiba-tiba berhenti tentu akan membuat kecewa. Belum lagi kalau harus memulai dari awal. "Jadi, meski kelihatan sepele, dampaknya complicated karena terkait dengan psikis," tegas Ferryal. Pada suami, misal, "Bisa langsung mengalami penurunan libido, lo!" Dorongan seksual yang menurun ini bisa terlihat dalam bentuk ereksi penis yang terganggu: mulai dari penis yang lemas, berkurang ketegangannya, sampai tak mampu bangun lagi.

Perasaan kecewa ini biasanya akan terakumulasi atau kian bertumpuk bila tak dibicarakan dan dicarikan jalan keluarnya. Itu sebabnya, untuk menghindari penumpukan rasa kecewa semacam itu, gangguan-gangguan kecil selagi berintim-intim sebaiknya tak boleh terjadi. Apalagi sampai berulang bahkan berkembang jadi kebiasaan. Bila dibiarkan, bentuk-bentuk interupsi tadi bisa memunculkan gangguan psikologis yang kemudian berujung jadi masalah-masalah seksual semisal prematur ejakulasi atau malah impotensi. Masalah serupa juga bisa dialami wanita, berupa sulit mencapai puncak kenikmatan/anorgasme atau malah dingin alias frigid.

Untungnya, gangguan-gangguan yang muncul secara temporer tadi bukan merupakan sesuatu yang tak bisa diperbaiki. Asalkan secepat mungkin ditangani agar tak sampai berkembang jadi gangguan-gangguan serius. Caranya, bangun sikap terbuka. Artinya, kalau memang bukan karena ketidaksengajaan, mengapa tidak dibicarakan. Semisal, "Jangan begitu, dong, Pa. Mama jadi jijik dan kesal, lo, kalau Papa sembarangan buang angin begitu." Menurut Ferryal, keterbukaan semacam itulah yang terpenting karena tanpa dikomunikasikan, jangan harap yang bersangkutan akan tahu dengan sendirinya bahwa ulahnya tersebut membuat pasangan tersinggung bahkan menurunkan libido. Jangan salahkan pula bila yang bersangkutan tak tahu dirinya bersalah, hingga lain kali tanpa beban rasa salah sedikit pun ia akan mengulanginya begitu saja.

CARI WAKTU PENGGANTI

Jika benar gara-gara ulah salah satu pihak yang tak sopan tadi aktivitas berintim-intim jadi terganggu, Ferryal menyarankan, untuk mengakhirinya saja saat itu juga meski masing-masing pihak mungkin sama-sama kecewa. "Soalnya, kalaupun diteruskan tak akan lagi memberi kepuasan bagi kedua belah pihak seperti yang diharapkan semula. Sia-sia saja, kan? Lagi pula mana mungkin, sih, bisa diteruskan kalau salah satu pihak mendadak drop/kehilangan gairah?" misal. Dengan catatan, harus segera pula dicarikan waktu pengganti yang dirasa lebih pas dengan persiapan yang lebih matang.

Cara lain yang bisa ditempuh adalah menyiasati keintiman yang terpaksa berakhir tadi dengan mengubah bentuk kemesraan: dari aktivitas berintim-intim menjadi sekadar menunjukkan kasih sayang lewat sentuhan atau pijatan. Sebabnya, untuk mengembalikan libido yang menurun, tegas Ferryal, butuh waktu relatif lama yang berbeda untuk tiap pasangan.

Dalam arti, untuk pasangan pengantin baru, misal, mungkin hanya diperlukan tenggang waktu 1-2 jam saja. Sementara pasangan berumur yang telah menikah belasan tahun bisa4-5 hari atau malah lebih. Tentu saja selama tenggang waktu tersebut, pasangan yang bikin ulah bisa saja ekstra memberi perhatian untuk mengurangi kadar ketersinggungan suami/istrinya.

TAK MENYINGGUNG

Sebaliknya, ada juga interupsi-interupsi yang muncul tapi tak menimbulkan gangguan psikis, semisal gangguan-gangguan yang muncul lebih berupa keluhan fisik semisal kram atau pegal-pegal/nyeri otot. Biasanya gangguan-gangguan ini tak membuat pasangankesalkarena dianggap tak berdampak merugikan atau menyinggung perasaan atau harga diri pasangan. "Kalau pasangan ngeluh pegal, masak iya, sih, kita tersinggung?" Tak heran jika salah satu mengeluhkan hal semacam itu biasanya pasangan justru akan menunjukkan perhatian dengan cara mengelus-elus bagian tubuh yang sakit tadi.

Lain hal kalau di antara suami istri rasa saling menyayangi justru sudah surut ke batas minimum, hingga aktivitas berintim-intim lebih dianggap sebagai kewajiban suami istri belaka. Lagi pula gangguan fisik seperti itu biasanya akibat dari yang bersangkutan kurang berolahraga atau coba-coba posisi tertentu yang tak sesuai dengan kondisi tubuhnya.

Namun, sekali lagi, apa pun masalahnya dan apa pun penyebabnya, Ferryal menyarankan untuk sesegera mungkin membicarakannya dengan pasangan agar masalahnya semakin cepat terselesaikan dan tak jadi berlarut-larut.

Th. Puspayanti.