Aneka Mitos Seputar Hubungan Intim

By nova.id, Kamis, 5 Mei 2011 | 17:10 WIB
Aneka Mitos Seputar Hubungan Intim (nova.id)

Namanya saja mitos, jadi tak usah dipercaya. Nah, agar tak keterusan terjebak oleh berbagai pandangan keliru tentang berintim-intim, mari kita simak bersama penjelasan di bawah ini dari ahlinya, seksolog Dr. Naek L. Tobing.

* SOP KONRO PACU GAIRAH

Makanan yang satu ini kerap dianggap sebagai "obat" untuk meningkatkan gairah, seperti halnya daging kambing. Padahal, sama sekali tak ada hubungannya dengan gairah seksual. Makanan ini, bila kita mengkonsumsinya dalam porsi wajar, hanya sebatas membantu membuka aliran darah dan memberi tenaga ekstra karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Jadi, tak usahlah dipercaya.

* TERUNG SEBABKAN LOYO

Siapa bilang? Belum ada pembuktian ilmiahnya, kok. Mungkin lantaran orang begitu terpaku pada persamaan bentuk terung dengan penis. Padahal, meski sepintas terlihat sama, penis dipenuhi pembuluh-pembuluh darah yang otomatis akan terisi penuh begitu terjadi peningkatan libido atau dalam keadaan terangsang. Sementara terung, diapa-apain pun akan tetap loyo karena strukturnya memang berbeda. Nah, cuma mitos, kan?

* JAMU KUAT BIKIN KUAT

Yang ini juga tak perlu dipercaya. Kita justru harus waspada terhadap iklan-iklan bombastis yang mengatakan jamu-jamu spesifik semisal sari rapet dan jamu kuat bisa meningkat gairah seksual. Kandungannya enggak jelas, kok, tak jarang malah sangat meragukan.

Lain hal dengan jamu-jamu sehat, semisal beras kencur atau sejenisnya yang memang bisa diandalkan untuk meningkatkan vitalitas dan kesegaran tubuh. Itu sebab, mereka yang terganggu kehidupan seksualnya lantaran kerja keras atau sehabis sakit, amat dianjurkan minum jamu sehat. Selain banyak tidur/istirahat dan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, agar energi tubuhnya segera pulih. Pemulihan energi yang lebih cepat tentu akan mempercepat pula terbangkitnya gairah seksual.

* MADU TAMBAH TENAGA

Mereka yang mengkonsumsi madu, biasanya lebih bersemangat dibanding yang tidak. Hal ini dapat dibenarkan karena zat-zat yang terkandung dalam madu diyakini mampu memberi energi tambahan. Namun jika diminumnya hanya ketika hendak berhubungan intim, tentulah pengaruhnya tak secepat itu akan terasakan. Seperti halnya kita minum obat, kan, tak mungkin langsung sembuh kalau cuma sekali minum.

* TELUR BEBEK TINGKATKAN KUALITAS SPERMA

Sebetulnya, manfaat telur tak bersifat langsung atau spesifik bisa meningkatkan gairah seksual atau bahkan membuat kualitas sperma jadi prima. Melainkan lebih untuk membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara umum. Bukankah mereka yang bertubuh sehat diyakini juga memiliki libido tinggi, mudah terangsang, dan semakin baik/sehat pula kehidupan seksualnya?

Kendati belum ada penelitian mendetail ke arah sana, mengkonsumsi telur lebih bagus untuk kesehatan dibanding tak mengkonsumsinya sama sekali.

Hanya saja disarankan untuk mengkonsumsi telur matang ketimbang telur mentah atau setengah matang. Soalnya, protein yang terkandung dalam telur cukup susah dicerna seperti halnya protein hewani semisal daging yang harus dimasak lebih dulu.

* KESERINGAN BERINTIM-INTIM MENGAKIBATKAN DENGKUL KEROPOS

Ah, itu cuma mitos! Terbukti, hingga kini belum pernah ada kasus seperti itu, kok. Jadi, seberapa pun seringnya kita berintim-intim dengan pasangan, tak akan pernah membuat dengkul keropos. Lain hal bila tubuh jadi loyo lantaran keseringan, itu memang bisa saja. Tak percaya? Coba saja!

Yang memudahkan tulang dan persendian cenderung lemah adalah minimnya konsusmi bahan-bahan makanan mengandung zat besi dan magnesium.

* PENIS KECIL TAK MAMPU BAHAGIAKAN ISTRI

Ini juga cuma mitos. Jadi, tak perlu minder, Pak, bila tak dikaruniai ukuran ekstra. Lagi pula kebahagiaan suami-istri bukan ditentukan oleh besar-kecil atau panjang-pendeknya ukuran penis, kok. Asalkan bisa berfungsi baik, ukuran yang kerap dijadikan patokan tadi bisa diabaikan, kok! Tak kalah penting, tentu saja kecocokan dan perasaan saling mencintai di antara suami-istri.

Perlu diketahui, ukuran penis ditentukan oleh faktor genetis. Sama halnya dengan tinggi badan, ada yang jangkung dan pendek, bahkan ada yang di bawah standar rata-rata. Jadi, bila dalam garis keturunan tak ada yang berukuran super, ya, jangan mimpi bakal bisa punya penis berukuran super pula.

Lain hal bila kedapatan ada gangguan, keluhan ataupun penyakit tertentu yang memang tak memungkinkan penis berkembang normal, yakni sewaktu terjadi proses maskulinisasi yang umumnya terbentuk sebelum mencapai usia sekitar 17 tahun. Selepas usia ini, biasanya soal ukuran sudah tak bisa diutak-atik lagi. Hingga mau tak mau, gangguan atau penyakit tersebut harus ditangani/diobati lebih dulu sepanjang memang masih bisa diobati.

* NANAS & PISANG BIKIN BECEK

Semasa gadis, pernah nggak, Bu, dilarang makan nanas dan pisang oleh orang tua? Padahal, tak ada bukti ilmiahnya, lo. Jadi, sama sekali tak beralasan kelewat takut dan membatasi diri untuk menyantapnya. Apalagi, tak ada kaitan jelas antara mengkonsumsi buah-buahan tersebut dengan kerja organ-organ seksual, baik pria maupun wanita.

Nanas dan pisang malah mengandung zat-zat tertentu yang dibutuhkan tubuh, terutama vitamin C dan kalium dalam pisang yang justru berkhasiat menahan cairan tubuh. Lagi pula kondisi basah sebetulnya merupakan pertanda alamiah bahwa pihak istri telah siap menerima kehangatan dari suaminya. Sementara kondisi kering malah akan menimbulkan lecet dan rasa sakit yang bakal menyiksa keduanya.

Boleh dibilang yang paling berperan dalam hal ini adalah sensitivitas dan kekencangan otot-otot tubuh, terutama otot-otot dasar panggul yang melingkari tulang organ kelamin. Kedua hal inilah yang amat berperan menentukan daya cengkeram sekaligus meningkatkan kualitas hubungan suami-istri. Jadi, pada mereka yang sensitivitasnya tak mengalami gangguan, tersentuh sedikit saja sudah akan terbangkitkan gairahnya.

Jikapun menurun tingkat kepekaannya, entah pada bagian-bagian tertentu atau justru seluruh tubuh, toh, masih memungkinkan untuk diterapi lewat pengobatan dan pelatihan. Sambil tak lupa menggali akar permasalahannya kenapa bisa terjadi demikian, mengingat akibatnya dirasakan secara fisik, meski awalnya bersifat psikis.

Th. Puspayanti/nakita