MAKANAN PUN BERADIASI
Selain yang sudah disebut tadi, ternyata radiasi alam juga bisa ditemukan pada makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Malah, tutur Kunto, sekitar 1/8 seluruh dosis radiasi yang diterima manusia berasal dari radiasi internal yang masuk ke tubuh melalui bahan makanan yang kita makan. "Jadi, meski kita berupaya melindungi rumah dari bahan-bahan yang bisa memancarkan radiasi, selama masih butuh makan dan minum, kita tak bebas sama sekali dari radiasi."
Makanan dan minuman ini, lanjutnya, secara tak langsung terkena radiasi dari sinar matahari. Pada makanan, kronologisnya: sinar kosmik yang ada pada sinar matahari sewaktu masuk ke dalam atmosfer berinteraksi dengan atom-atom karbon dari molekul CO2 yang banyak terdapat di udara, hingga menghasilkan karbon 14; karbon ini selanjutnya mengalami proses asimilasi (fotosintesa) dalam daun-daunan berwarna hijau dan menjadi zat pati (hidrat arang); zat pati ini lalu dimakan dimakan oleh sapi atau kambing, yang akhirnya dikonsumsi manusia dalam bentuk daging hewan maupun air susunya.
Sedangkan radiasi pada minuman didapat dari kandungan kalium yang ada di alam. Kalium adalah mineral yang dibutuhkan tubuh. Namun 4 di antara 10 ribu atom kalium yang ada di alam, memiliki isotop 40 yang termasuk zat radioaktif. Nah, sewaktu kita minum air, bersama dengan mineral lain seperti natrium, kalsium, dan yodium, maka kalium (yang di antaranya berisotop 40) akan masuk ke tubuh hingga ke dalam sel-sel penyusun tubuh.
TAK BISA DIHINDARI
Jadi, pengertian radiasi tak melulu berhubungan dengan zat radio aktif yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit menyeramkan, seperti kanker, kemandulan, penyakit keturunan, bahkan kematian. "Dampak negatif seperti itu bisa terjadi hanya bila korban terkena radiasi secara langsung," bilang Kunto.
Sedangkan zat-zat di sekitar rumah yang bisa menimbulkan radiasi, dosisnya sedikit dan itu suatu hal yang alamiah sekali. "Seperti api yang sudah menjadi fakta kehidupan, radiasi pun tak bisa dihindari dari kehidupan sehari-hari." Itu sebab, tekannya, tak perlu terlalu dikhawatirkan atau takut berlebihan sampai fobia segala.
Jangan Lupa Bersihkan AC
Menurut Kunto, AC yang jarang dibersihkan bisa menjadi sumber penyakit, karena mengakibatkan serat-serat atau filter di dalamnya berubah jadi tempat berkembang biaknya kuman. "Begitu AC dinyalakan, kumannya akan menyebar dan terisap."
Salah satu penyakit yang dapat ditimbulkan adalah penyakit legionair: semacam radang paru-paru dengan gejala demam, batuk, dan sakit pernafasan. Penyakit ini memang tak populer di Indonesia tapi sudah ditemukan di luar negeri.
Toh, tak ada salahnya kita berjaga-jaga. Jadi, bersihkan AC tiap 2 minggu sekali dengan cara dicuci dan disemprotkan desinfektan agar kumannya mati. Jangan pula lupa untuk menservisnya tiap 3 atau 6 bulan sekali.
Dedeh Kurniasih/nakita