Beda Urutan, Beda Sifat (2)

By nova.id, Selasa, 19 April 2011 | 17:04 WIB
Beda Urutan Beda Sifat 2 (nova.id)

"Aku enggak mau adik!"

Meski orangtua sudah mengomunikasikan tentang rencana "memberikan adik" kepada anak mereka, tetap saja ada anak yang tidak siap menerima, bahkan hingga paska kelahiran Sang Adik. Lantas apa yang harus dilakukan orangtua?

1. Jangan memaksa anak.

2. Terangkan kepada kakak, dengan kehadiran adik pasti Ibu akan lebih sibuk mengurus adik. Bantu kakak agar mudah mengerti dengan bercerita seperti apa ketika ia lahir dulu. Gunakan album foto kecilnya sebagai perbandingan bantuan. Katakan, "Nih, dulu waktu kamu lahir, kamu juga seperti adik. Lucu, kan?"

3. Biarkan Si Kakak yang menghampiri Si Adik. Bagaimanapun, pasti kakak ingin tahu dan kenal adiknya.

4. Pelan-pelan, ajak kakak bekerjasama mengurus adik. Misalnya, mengambilkan popok atau menemani ibu memandikan adik.

5. Kalau adik sudah agak besar, ajak dia bermain bersama kakak. Tapi  dengan catatan, orangtua mengawasi dan jangan biarkan mereka hanya berdua. Ini dilakukan untuk menghindari kekerasan (jika kakak mulai agresif) yang dilakukan kakak kepada adik.

6. Jika terjadi kekerasan, tegur kakak dengan baik dan lembut. Jangan dimarahi.

7. Orangtua harus terus bersikap tenang, supaya anak bisa mencontoh perilaku orangtua. Biasanya semakin orangtua keras, anak menjadi lebih galak.

8. Di sini ayah juga bisa sangat berperan. Misalnya, kala ibu sibuk dengan adik, Ayah bisa menjadi pelengkap bagi kakak yang kurang perhatian dari Ibu.

Pengaruh Luar Dalam

Keluarga dan lingkungan pada akhirnya membentuk pola menetap pada anak. Di keluarga, biasanya anak menjadikan orangtuanya sebagai role model. Sedangkan pengalaman yang diterimanya dari lingkungan luar, mengajarinya untuk mengatasi setiap masalah dengan cara mereka sendiri. Bagaimana anak melihat situasi saat itu dan bagaimana ia merespon, itulah yang membentuk pola kepribadian mereka.

Lantas sampai kapan pembentukan karakter itu berhenti pada seorang anak? Teori-teori psikologi yang berkembang saat ini mengatakan, perkembangan kepribadian itu terhenti pada saat usia seseorang sudah memasuki usia remaja (18-20 tahun). Namun menurut Fika, kepribadian itu akan berkembang terus. "Karena yang namanya pengalaman, sepanjang ia hidup dan pengalaman itu mampu memengaruhinya, kepribadiannya akan terus berkembang. Jadi semua tergantung dari sejauh mana seseorang memaknai pengalaman itu. Membekaskah? Sampai mengubah kepribadian dia, kah?" pungkas Fika.

Ester Sondang