Orang tua harus belajar memahami pribadi anak, termasuk bagaimana perasaannya saat itu. Hormati kehendak anak dan beri tempat bagi perasaan anak. Untuk itu, yang harus dilakukan orang tua ialah bertanya langsung kepada anak, kenapa ia bersikap demikian. Tentu dengan cara yang lembut. Misalnya, "Lo, kok, mainannya dibanting? Mobil-mobilan Adik, kan, enggak salah apa-apa. Memangnya Adik lagi marah sama siapa, sih? Kasih tahu Mama, dong."
Gali terus apa alasan anak bersikap demikian. Bantu anak untuk mengkanalisasikan atau menyalurkan perasaannya. Ingat, lo, setiap orang, entah batita atau dewasa usia 40 tahun bahkan lebih sekalipun, punya dorongan untuk melempar sesuatu karena frustrasi atau marah. Hanya saja, orang dewasa umumnya dapat mengendalikan dorongan emosi tersebut, sekaligus mengungkapkannya dengan cara lain yang tak membahayakan ataupun menyakitkan orang lain.
Nah, anak kecil belum mampu melakukannya. Jadi, tugas orang tualah untuk membantunya menghadapi dorongan perasaan tersebut dengan cara yang lebih tepat. Ajarkan anak untuk belajar mengekspresikan kemarahannya dengan kata-kata. Tumbuhkan tradisi dimana anak terbiasa dan bisa berdialog atau berkomunikasi dua arah sejak usia dini. Bekali pula ia dengan cara-cara bernegosiasi dan ciptakan kondisi yang memungkinkannya bisa mengajukan protes, menyampaikan ketidaksesuaiannya Julie/Th. Puspayanti