Meski kerap terjadi, jenis kanker yang satu ini barangkali tak banyak diketahui banyak orang. Kanker tiroid (karsinoma tiroid) memang tidak perlu ditakutkan, karena angka harapan hidup (prognosis) yang tinggi dan progresivitas yang lambat. Data RSCM selama 18 tahun mencatat, angka survival rate kanker tiroid mencapai 75%. Pengelolaan terpadu kanker tiroid patut dilakukan karena terbukti dapat meningkatkan harapan hidup.
Menurut Prof. Dr. Johan S. Masjhur, Sp.PD-KEMD, Sp.KN, Ketua Kelompok Studi Tiroid Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), kanker tiroid merupakan suatu keganasan di kelenjar
tiroid/gondok, dan memiliki 4 tipe, yaitu papiler, folikuler, anaplastik atau meduler. "Jarang sekali kanker ini mengakibatkan adanya pembesaran kelenjar tiroid yang berlebihan, sehingga sering tidak disadari karena tidak mengganggu," jelas Johan pada media gathering PERKENI beberapa waktu lalu di Jakarta.
Perempuan Lebih Rentan
Kanker tiroid merupakan keganasan pada kelenjar tiroid yang terletak di bagian depan leher. Benjolan yang tumbuh sebagai nodul pada kelenjar tiroid umumnya jinak. Cara mengetahui adanya benjolan tiroid adalah dengan meraba daerah leher yakni jakun (adam's apple) pada pria. Perlu waspada apabila terdapat benjolan di leher yang ditandai dengan rasa nyeri pada saat menekan leher. Benjolan pada kelenjar gondok akan ikut bergerak menekan pada saat menelan air liur, disertai suara serak karena nodul yang tumbuh agak menekan ke dalam tenggorokan dan sesak.
Beberapa penyebab dan faktor risiko kanker tiroid antara lain pengaruh diet dan lingkungan, hormon seks, paparan radiasi terhadap kelenjar tiroid pada masa kanak-kanak, umur, perempuan, serta adanya riwayat keluarga. "Perempuan cenderung lebih rentan terkena kanker tiroid dibandingkan dengan laki-laki. Kemungkinan besar ini karena hormon perempuan yang lebih fluktuatif dibandingkan dengan pria," lanjut Johan.
Sekitar 10-20 persen pasien yang berobat di klinik endokrin merupakan pasien dengan kelainan tiroid,
dan sebanyak 5% sampai 10% dari kasus tersebut bersifat ganas dan penyebabnya belum jelas
diketahui. Pria berusia di atas 50-60 tahun, angka keganasannya tinggi karena stimulasi hormone TSHnya berbeda. "Kita harus waspada terjadinya keganasan pada nodul tiroid apabila sifatnya padat, keras, isinya bukan cairan (kistik), jumlahnya hanya satu dan tiba-tiba mengalami pertumbuhan yang cepat. Walaupun demikian, kanker tiroid tidak perlu ditakuti karena progresivitasnya yang lambat dan tingkat kesembuhannya tinggi", dijelaskannya lebih lanjut.
Pantau Kembali
Untuk mengurangi angka kekambuhan dan memperpanjang harapan hidup pasien kanker tiroid, perlu dilakukan pengelolaan terpadu dengan berbagai cara. Pertama, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid dan pertanda adanya tumor, yaitu memeriksa TSH, T3, dan T4, Tiroglobin dan Kalsitonin. Juga dilakukan foto polos leher. Kedua, untuk memastikan benjolan di leher, perlu dilakukan biopsy jarum halus, yaitu mengambil sedikit cairan yang terdapat pada benjolan dengan menggunakan jarum yang sangat halus yang tidak menimbulkan rasa sakit yang berlebih, yang akan mendiferensiasi benjolan tersebut.
Setelah jelas jenis kanker yang terkandung pada benjolan ini, kemudian dilakukan operasi (thyroiddectomy) untuk mengangkat jaringan tumor beserta seluruh kelenjar tiroidnya. Tahap berikutnya dilakukan ablasi apabila masih dijumpai sisa-sisa, yakni melalui pemberian cairan yodium radioaktif dosis kecil yang diteteskan ke dalam mulut. "Setelah sel tiroid diangkat dan dibuang, serta dilakukan ablasi, si pasien tidak mempunyai kelenjar tiroid lagi, sehingga pasien dalam keadaan yang disebut sebagai hipotiroid. Pada masa ini perlu dilakukan terapi substitusi hormon tiroid dengan dosis yang tepat," lanjutnya.