Stan BSC yang berdiri diantara puluhan stan lainnya membagikan bulletin, memutar video aktifitas gathering, sekaligus memberi penjelasan singkat tentang kiprah BSC di masyarakat. "Kami terus berusaha memberikan edukasi, karena masih banyak sebagian masyarakat yang belum mengetahui tentang sakit yang hal itu sebenarnya masih berada di lingkung bedah syaraf," kata Dr. Lilih Dwi Priyanto, MMT, ketua komunitas BSC.
Menurut Lilih, BSC yang sudah berdiri sejak 5 tahun silam secara rutin memberikan edukasi kepada di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Setiap gathering menghadirkan empat orang doketar yang ahli di bidangnya diantaranya, dr. M. Sofyanto, SpBS, dr. Gigih Pramono, SpBS, dr. Agus Anab, SpBS, serta dr. Bambang Kusnardi, SpS.
Selama acara berlangsung antusiasme masyarakat sangat tinggi, stan BSC seolah tak pernah sepi pengunjung yang minta beragam penjelasan. Yang menarik, di booth tersebut juga diputar video proses jalannya operasi pembedahan di seputar batang otak.
Video yang diputar tersebut memperlihatkan jalannya operasi pembedahan di bagian otak yang merupakan organ yang sangat vital. Kendati demikian dengan teknologi mutakhir sekaligus digawangi oleh dokter yang sangat ahli di bidangnya operasi pembedahan tersebut berjalan smooth dan tak berdarah-darah seperti yang menjadi anggapan orang selama ini. "Saat ini sudah tidak perlu takut dengan operasi pembedahan di bagian wilayah otak sekalipun, sebab kemajuan teknologi kedokteran ditunjang kemampuan dokter yang memadahi, semua itu akan mengeliminir akibat yang ditimbulkan," kata Lilih yang juga mantan penderita hemifacial spasm atau sakit wajah merot yang saat ini sudah sembuh total.
Lilih menjelaskan, bahwa BSC yang memiliki sekretariat di RS Bedah Surabaya (RSBS) di setiap gathering selalu memberikan edukasi mulai dari sakit kelumpuhan akibat gangguan tulang belakang (kecetit pinggang) serta kecetit leher, hemifacial spasm, trigeminal neuralgia (sakit hebat separuh wajah), operasi tumor otak, sampai stroke serta masih banyak lagi.
Sementara acara satu abad tersebut juga diikuti oleh fakultas kedokteran di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, produk farmasi, rumah sakit, sampai penjual jasa antar jemput pasien dari dan ke berbagai rumah sakit di Indonesia sampai luar negeri menggunakan fasilitas VIP.
Gandhi