Menjaga stamina tubuh salah satunya dapat diraih melalui tidur yang berkualitas. Sayangnya, perkara ini acapkali dinilai sepele sehingga kualitas tidur cenderung terabaikan. Padahal menurut Dr. Rimawati Tedjasukmana, SpS, RPSGT., dokter spesialis saraf Rumah Sakit Medistra, tidur memiliki banyak fungsi yang sangat penting untuk tubuh. "Selain untuk beristirahat, tidur membantu pemindahan memori dari fase ingatan jangka pendek ke jangka panjang. Ketika kita tidur pun sel-sel tubuh terutama sel otak mengalami restorasi. Bahkan beberapa hormon akan keluar lebih banyak ketika kita tidur, terutama growth hormone," papar dokter yang akrab dipanggil Rima ini.
Hormon pertumbuhan ini memang akan diproduksi secara maksimal ketika seseorang memiliki kualitas tidur yang baik. Buktinya, beberapa anak yang mengalami gangguan tidur seperti sleep apnea, ukuran tubuhnya cenderung lebih kecil dibanding anak-anak lain di usianya. Oleh karena itu, untuk mencapai tidur berkualitas, beri perhatian lebih pada gangguan-gangguan tidur yang biasanya diabaikan. Kemudian, tindak lanjuti gangguan tersebut dengan memperbaiki pola tidur dan menjaga kestabilan rongga pernapasan.
Bahaya Mendengkur
Tak banyak yang mengetahui bahwa mendengkur termasuk kebiasaan yang berbahaya. "Banyak yang menganggapnya biasa-biasa saja, padahal perlu disadari bahwa mendengkur dapat menyebabkan kematian," ujar Rima dalam acara "World Sleep Day: Breath Easily, Sleep Well" yang diadakan beberapa waktu lalu. Mendengkur terjadi karena otot di langit-langit mulut, lidah, dan tenggorokan, berelaksasi ketika kita tertidur. Hal ini menyebabkan jalan napas menjadi terhambat dan bergetar, sehingga timbul suara dengkuran.
Jika dilihat secara individu, pada dasarnya semua hal yang mempersempit jalan napas bagian atas itu bisa menjadi penyebab dengkuran. "Misalnya jika seseorang mengalami kelebihan berat badan sehingga banyak lemak yang menumpuk di leher. Itu mengakibatkan jalan napas menjadi sempit," tutur Rima. Kebiasaan mendengkur juga dapat terjadi pada orang yang memiliki hidung bengkok, sering pilek, ukuran amandel yang besar, atau memiliki rahang yang terlalu kecil.
Namun yang perlu diingat, jika seseorang mendengkur hanya sesekali, berarti masih termasuk kategori normal. Dengkuran baru bisa menimbulkan bahaya jika disebabkan oleh Obstructive Sleep Apnea (OSA) alias sumbatan napas berkali-kali yang terjadi ketika kita tidur. Sleep apnea sendiri secara harfiah berarti berhenti napas. "Sebagian besar penyebab gangguan tidur itu OSA. Sementara 95 persen penderita OSA, diketahui memiliki kebiasaan mendengkur," tukas Rima.
Berhenti Napas Saat Tidur
Dengkuran tidak hanya membuat tidur tak nyenyak dan mengganggu pasangan. Dampaknya terhadap kesehatan pun ternyata tak kalah berbahaya. Apalagi dengkuran termasuk salah satu indikasi OSA. OSA terjadi ketika seseorang mengalami henti napas di bawah sepuluh detik berulang kali ketika sedang tidur. "Jika seseorang mendengkur, tersedak ketika tidur, merasa haus dan kering tenggorokan ketika bangun tidur, sakit kepala, serta merasa tetap lelah padahal sudah tidur cukup, bisa jadi itu sudah mengalami sleep apnea," ujar lulusan Ilmu Saraf di departemen Neurologi FKUI ini.
Dampak lanjut dari OSA ternyata cukup berbahaya yaitu dapat menyebabkan hipertensi, diabetes, serangan jantung, dan stroke. Pasalnya ketika jalan napas telah tersumbat total, seseorang akan henti napas dalam beberapa detik dan tekanan darah akan naik ketika ia berusaha menarik napas lagi. Tekanan darah yang tinggi ditengarai dapat merusak dinding pembuluh darah sehingga kolesterol dan kalsium tertarik dan membuat pembuluh menyempit. "Hasil penelitian yang saya buat menunjukkan 41 persen pasien OSA itu punya hipertensi. Jadi ketika seseorang hipertensi dan mendengkur, bisa dicurigai dia mengalami OSA," tegasnya.
Meski demikian, mendengkur dapat sembuh jika diobati dengan tepat. Langkah pertama adalah menurunkan berat badan jika sebelumnya ia mengalami kegemukan. Selanjutnya dengan memeriksakan diri ke THT apabila memang sering mengalami sumbatan napas. "Jika dia mendengkurnya hanya ketika telentang, bisa juga dicoba dengan tidur miring," kata Rima.
Lain halnya jika OSA sudah masuk pada kategori berat. Langkah yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, seperti pemasangan CPAP (Continuous Positive Airway) yaitu alat bantu yang dapat melancarkan napas atau melakukan operasi.
Anellis Brilian / bersambung